Bung Karno dan anak kos di rumah pak Tjokro

  IMG_6317 IMG_6305

Malam Jum’at, 30 Juli 2009.  Papabonbon bersama Ketut Widya ikut acara Night Heritage yang diadakan oleh teman teman Surabaya Foods dan Surabaya Tourism Boards.  Acaranya sih mengunjungi beberapa tempat, antara lain Makam Peneleh, Rumah pak Tjokro di jaman Bung Karno, Semaun dan Kartosuwiryo masih indekos di sana, Musium Santet, Jembatan Petekan dan Nasi Cumi Pasar Atum.  Oh ya, papabonbon sempat potret potret Synagogue satu satunya di Indonesia di jalan Kayoon yang kebetulan lokasinya deket banget, persis di samping BCA, di ruko ruko tempat Hotel Sparkling Backpackers Surabaya berlokasi.

Foto foto yang sekarang ini ditampilkan adalah tempat kos bung karno muda saat di bangku SMA (HBS).  HBS nya sendiri sekarang jadi kantor pos besar Kebonrojo.  PS bacanya bukan kebun raya yah, tapi Kebun Radja, karena dialihbahasakan dari Williaamspark.  Taman radja dari jaman walanda dulu.  hehehe …. :))  Acaranya sendiri sengaja malam jum’at (ndak pake kliwon seh), biar ada sensasi syeremnya.  syalala … syalalala dah !.  

IMG_6312IMG_6318IMG_6319

Foto pasangan jadoel di atas itu adalah si bung di kala muda.  bersama siapa ? tentu saja, bung Karno – Oentari suami istri.  Oh ya, anak kos di rumah pak Tjok itu banyak lho, nggak cuma tiga orang saja. Tentu saja papabonbon tahunya hanya bung Karno, Alimin, Semaun dan Kartosuwiryo, tapi katanya sih ada sekitar 8 orang.  (muat yah ?  hehehe :p )  selain itu ada Bachrum Salam yang akan menjadi suami Untari, selepas berpisah dari Bung Karno.  

Yang dijadikan kamar kos adalah kamar di atas itu dan dibawah ini.  di rumah bagian bawah, kamar hanya ada tiga, satu kamar (di gambar ketiga, yang pintu sebelah kiri, papabonbon memotretnya dari dalam rumah) dipakai jadi ruang kerja pak Tjokro, sementara di sebelah kanan, ada dua kamar, yang di sebelah depan rumah untuk keluarga pak Tjokro (barengan gitu, rame rame beserta ke-empat anaknya), terus satu kamar lagi di bawah, bagian belakang dekat dapur dipakai anak kost, beramai ramai juga. 

Bung karno sih katanya sering di kamar bawah.  memang gelap, nggak ada cahayanya.  Sementara Alimin, Semaun dan Kartosuwiryo di kamar atas (terlihat ada tangganya).  Kamar mandi di halaman, terpisah dari rumah layaknya arsitektur jaman dulu. Untuk ukuran rumah jaman dulu rumahnya termasuk kecil, untuk ukuran jaman sekarang, lumayan gede, secara lebarnya sekitar  10 m, panjang sekitar 15 m.

Sedikit ilustrasi :

Sarekat Islam sendiri di jaman pak Tjok masih bernama Syarikat Dagang Islam, karena memang digerakkan oleh klan para pedagang batik dari Pekalongan.  Komunitas sekitar rumah pak Tjok adalah kota lama Surabaya, kumpulnya para pedagang Batik. Depan rumah aadalah toko buku Peneleh yang legendaris itu. Rumah pak Tjok menjadi tempat kumpulnya para aktifis.  Semacam safehouse juga hohoho …. :)) 

Jalan sedikit dari Peneleh adalah Jembatan Merah, jalan Rajawali, yang sepanjang jalan itu adalah Gatsu dan Sudirmannya Surabaya jaman dulu.  HBS, dan pusat industri alat berat di Bubutan, jalan dikit lagi, Pelabuhan Kalimas, dimana gudang gudang ekspor impor hasil bumi dipusatkan di sana.  Sampoerna pun gak jauh dari lokasi itu, di belakang penjara, dekat dengan barak pasukan berkuda belanda, Lim Seng Tee memulai bisnis tembakaunya.

Jadi pemeo posisi menentukan prestasi memang ada benarnya.  Soekarno muda sudah memasuki ranah politik praktis bahkan sejak mudanya, baik disadari maupun tidak, dia ada di pusat turbulensi.  Dan dia terus berkembang karena hal ini memang telah mengalir dalam darahnya.

baca juga :

One thought on “Bung Karno dan anak kos di rumah pak Tjokro

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s