Menjadi Anak Kos

Dulu ada yang bilang kalau “Anak TN itu soliter”. Gara garanya kebiasaan berasrama. Terus jadi kayak yang dingin atau kurang hangat sama pasangan. Macam tak butuh aja. huehehe …. Pikiran itu muncul karena ada beberapa teman yang kayaknya sangat soliter. Tadaaaaaa, ternyata 5 tahun terakhir malah papahbonbon jadi anak kos lagi di Jekardah, seminggu sekali baru pulang. Lalu pikiran itu pun mengusik lagi. “Beneran nih gini jadinya ? Kok kayaknya gak bener nih”. Tapi setelah beberapa lama dijalani, kok kayaknya fine fine aja. Hahaha …. 🙂

Awal menikah, kayaknya rata rata orang konsepnya satu keluarga tinggal bareng, bersama sama suami istri, minimal saya sendiri konsepnya seperti itu. Kalaupun pindah kerja, ya satu keluarga ikut, ayah, ibu, anak anak, ke manapun angin berhembus.

Dulu, ada teman yang sejak awal LDR. suami di kota A, istri di kota B. Ada masanya papabonbon berpikir bahwa ini formasi yang tidak ideal. Saat itu nggak terpikir sih, bahwa tiap orang memiliki masalahnya masing masing. Ndak bolehlah kita berpikir dengan congkak, judging, mengganggap orang lain kok pilih jauh jauhan, lantar overthinking, kok gini, kok gitu, dan seterusnya. Ah, jadi malu kalau ingat, ternyata saya kayak gitu ya orangnya. 🙂

Jadi anak kos itu pengorbanannya adalah gak sempat melakukan hobi. Yup, salah satu yang hilang, waktu di surabaya, papahbonbon sempat hobi jalan jalan motret sesama penghobi kamera analog. Begitu jadi anak kos, sabtu minggu pulang, mosok ya masih diisi motret seharian. Jadi dilema deh. Akhirnya hobi yang bisa dilanjutkan adalah kulineran. wkkwkwkwk. 5-6 tahunan ini pindah pindah kos dari lebakbulus, kuningan, kalibata, tomang dan sekarang di palmerah, lumayan juga, jadi nyobain kuliner se jakarta raya.

Tapi ada hal yang lebih penting lagi ketika menjadi anak kos. Jadi ketika berjauhan cukup lama, ketika ketemu lagi rasanya lebih excited. Saat saat menjelang mau pulang sabtu minggu ini rasanya semangat banget. Beda rasanya dengan tiap hari pulang. Beban psikologis sumpek di rumah yang dirasa saat tiap hari bisa pulang, juga ndak ada. Hmmmm. gak bener nih. Yang jadi kepikir juga, kayaknya harus sering sering kasih me time buat mamahbunbun. Soalnya tiap hari sudah di rumah, pusing dengan urusan domestik. Light travelling sekali sekali dan papahbonbon yang nunggu rumah, kayaknya sangat oke sih.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s