Masjid Sunan Ampel & Ziarah Kubur

Kalau ane sih terus terang nyaris gak pernah ziarah kubur.  Malah kalau di sekolah dan pengajian kampus, ziarah kubur tuh rada rada dianggap aktipitas yang rada “nyelenenh”.  Mosok berdoa ke orang mati.  hehehe :p  lagian kita kan bukan anak laki lakinya langsung, jadi doa kita menurut kaidah agama gak bakalan nyampe juga sih.

So, karena dalam moral ane kegiatan dolan ke kubur leluhur ini gak punya makna ritual babar blas, maka ane bikin anggapan aja kayak semacam acara napak tilas menghormati peranan para leluhur ini dalam menyebarkan agama islam dan merubah masyarakat menuju ke arah kebaikan.  Gue sama sekali gak beritual ria kalau urusannya dengan kubur ini.  Secara doa talkin juga ndak apal.

belakangan karena rumah ane di sby ini dekat sama masjidnya sunan ampel dan makamnya sunan ampel itu juga lokasinya ndak jauh jauh amat dari masjidnya, ane suka iseng dolan ke sana.  baru dua atau tiga kali doang sih selama 4 tahun ini. (gitu kok ngakunya sering, hahaha).

Berhubung sekarang ini hobinya motret, jadi acaranya dolan dolan di sekitar arab street nya, motretin suasana pasar ampel yg khas kearab araban, motretin toko toko yg jual gamis, manik manik, parfum, kurma, motretin gerbang dan orang orang yg lagi ziarah, abis itu dilanjut dengan makan sate dan gulai kambing.  Oh ya, ada beberapa rumah makan arab yang enak di sini.  yg bersih dan mahal namanya Jumbo, lokasinya persis depannya RS Al Irsyad.  Terus dekat hotel kemadjuan, ada RM Yaman dan sampingnya ada satu lagi.  tapi dua duanya gak mampu menjaga kualitas masakannya.  Kadang enak, kadang bikin semburat.  Hahaha …Ddapur juga rungsep.  Ada lagi madinah, yg ini makanannya rasanya konsisten dan enak.  Buat yg ke rumah makan arab ini, yg gue bilang die die must try sih, kambing oven.  Abis itu kebuli dan nasi tomatnya, bolehlah.  Kalau mau rumah makan arab yang bersih juga, selain Jumbo, pilihannya di depot Ampel di jalan Ondomohen.


Kalau iseng cari susu kambing dan martabak juga banyak. ada yoghurt kambing juga.  mau ?

Tahu Telor, Pangsit Ayam, Ketan Bubuk

Baru tadi siang di sebuah milis yang para penghuninya rajin berdebat dan bersilat lidah secara ideologis, papabonbon menulis dengan gaya rada flirting (nulisnya ke temen cewek soalnya hihihi), “Ngapain perang, lebih asyik bikin anak dan makan enak”.  Yup, bener banget, makan enak hehehe …. apalagi sabtu dan minggu kemarin, papabonbon habis mudik ke Ngalam bareng keluarga.  Sebagai warga Ongisnade yang baik, selain sembah sungkem ke bapak ibu, menjalin silaturrahim, tentunya tidak dilewatkan wisata kuliner.

Kan tujuannya mulia, spend money di tempat tujuan wisata, supaya bisa memutar rejeki para aremania tercinta, hohoho !!!.  Yah, dua hari di Ngalam, lumayanlah.  Kita ketemu tahu telor pujaan hati, pangsit mie dan ketan bubuk.  Dua yang pertama kita belinya di Ngaglik, itu jalan turunan antara arif margono dengan rst soepraoen.  bukanya jam 7-9 malam, dan telat dikit aja, tempatnya dah antre panjang banget :))

kiri tahu telor dan kanan pangsit mie ayam

sedikit deskripsi untuk tahu telor dan pangsit mie

Tahu Telor

  • bisa juga ditemukan di serbejeh
  • ada potongan daun bawang, tauge dan acar ketimun
  • ditaburi krupuk putih yang generous
  • tahunya beda dengan tahu tek yang langsung di potong potong, kalau di tahu telor, setelah tahu digunting gunting, selanjutnya didadar kembali.  setelahnya disiram dengan bumbu kacang yang mengandung petis plus campur kecap kedele yang mlekoh (bisa pilih pedas – kombok tiga, cukupan lombok dua atau satu saja) atau tidak pedas (biasanya ditambahi gulanya)

Pangsit Mie Ayam

  • pangsitnya di ngaglik generous sekali, karena lebar lebar banget, dan bebas ngambil banyak banyak hehehe
  • standarnya mie rebus dengan ukuran rada besar gelondongnya (gilig), dengan kondimen ayam.
  • tentang ayamnya ini dibahas di jalan sutra dagi daging ayam (bagian putihnya) biasanya dada, yang direbus dalam kuah bumbu, selanjutnya dikeringkan, dan digiling, jadi penyajiannya sudah dalam bentuk halus berkeping keping.
  • kondimennya ini beda genre dengan mie ayam jakarta, yang biasanya ayamnya seperti sudah dicacah lalu disemur.
  • oh ya, rasanya baru keluar kalau sudah dibubuhi saus kecap merah banyak banyak hehehe 😀  (gak sehat yah … :p  )

terus minggu paginya, kita jalan jalan ke aloon aloon kodya dekat hotel tugu – splendid, menikmati segarnya duara pagi di Malang Kota bunga, plus menikmati Ketan Bubuk dengan siraman gula jawa nan maknyussss … :p

buat yang belum pernah tahu ketan bubuk, papabonbon kasih gambarnya gede deh. biar puas lihatnya. 

  • bahan dasarnya dari ketan
  • bubuknya adalah bubuk kedelai atau bubuk kacang.  sudah dilah halus, dengan rasa sedikit asin dan manis.
  • sedangkan warna agak ekcoklatan selain ditaburi bubuk kedelai dan parutan kelapa, ketannya juga disiram gula jawa cari yang manis.  maknyus deh pokoknya, dan mengenyangkan 😀

jaman papabonbon masih smp dulu, kalau minggu pagi biasanya sepedahan sama si oom (masih musimnya sepeda federal).  dan mampirnya di ketan bubuk ini, sambil teh anget.  hemmm.  asik banget 😀

suasana aloon aloon malang –> hijau segar hehehe 😀

Soto Ayam yang paling enak ???

Dalam perjalanan hidup papabonbon, ada beberapa soto ayam dengan genre lamongan yang senantiasa teringat.  Yang ada di level pertama adalah soto ayam di lamongan sendiri, di deretan ruko ruko sebelum BRI pasar (sebelum masuk di pertigaan ke Lamongan), selanjutnya berderet deret adalah soto ayam lamongan di jl B.S Riadi, Oro oro dowo, Malang dan soto cak To di Undaan, Surabaya.

gambar 1, yang di atas ini soto ayam lamongan oro oro dowo, Malang

gambar 2, yang di atas ini adalah soto ayam cak To undaan, Surabaya

Saat ini untuk soto yang di Lamongan itu papabonbon belum bisa berkomentar banyak, perlu riset ulang :p  karena dulu menikmatinya sewaktu sedang magang di BNI Lamongan (jaman kuliah doeloe).  Sedangkan soto ayam di oro orodowo dan cak to di undaan masih sering ketemu.  hehehe … 😀

Di level kedua, ada soto ayam pak Sadi di Ambengan dan soto ayam jalan Lombok di Malang.  Suer, tentu ada alasan khusus mengapa soto oro oro dowo dan cak to ada di level yang lebih atas dari dua yang disebutkan belakangan.  Alasannya agak subyektif tentu saja, dan paling baik ditentukan dengan lidah sendiri, hohoho …. 😀

Untuk cak To sudah papabonbon review lebih dahulu di https://papabonbon.wordpress.com/2008/12/02/soto-cak-to-undaan/  jadi tidak perlu dipercakapkan lagi.  Baiknya kita langsung ke Soto Ayam Oro Oro Dowo.

Secara sepintas saja, perbandingan subyektif antara kedua soto ini sebagai berikut :

  1. keduanya adalah soto ayam lamongan, jadi yang diusung adalah langgam tradisonal berupa ayam kampung, dan kuah yang enteng.  soto oro orodowo sebagai pengikut genre pengunungan kuahnya lebih enteng dari pada soto undaan. namun meskipun enteng, rasanya lebih maknyuss menurut kriteria papabonbon.  kalau ingat legenda sup ayam yang bisa menyembuhkan orang yang flu dan meriang, maka soto oro oro dowo adalah jawabannya.  selain itu, genre oro oro dowo tidak memakai poya, berbeda dengan soto undaan yang masih menggunakan poya untuk penguat rasa.  secara penampilan warna, kuah di cak to juga berwarna lebih kuning (lebih banyak kunyit ?) dibandingkan oro oro dowo.
  2. di oro oro dowo, jenis ayam yang dipakai adalah bagian dada, brutu dan kulit, pakemnya sudah di setting di awal, sedangkan untuk cak to kita bisa memilih bahkan diberi pilihan, apakah campur, dada ayam, paha, atau sayap ?
  3. kualitas ayam yang dipakai, nampaknya di cak to undaan tidak murni ayam kampung, sepertinya ayam pejantan lehorn juga masih dipakai, sementara di soto oro oro dowo pakainya murni ayam kampung.  terlihat dari menu kerakot kerakot kepala ayam dan leher yang keras banget … tapi dagingnya segar dan liat.  sementara di soto cak to undaan, kepala ayamnya lebih gemuk dan lebih empuk.  curious mode on :))
  4. tentang harga sih, satu porsi plain, sama sama 8 ribu rupiah harganya.

ndas pithik di soto ayam oro oro dowo.

yang maknyus dari kepala ayam di oro oro dowo adalah, lagi lagi kuahnya.  terlihat kan bening pucat gitu, tapi jangan di tanya, kaldu ayam kampung bok. enteng, tapi dahsyaaaatttt !!!

baca juga :

Diet Berdasar Golongan Darah : Sugesti atau Kenyataan ?

Teman papabonbon, kang Indra Gaper berhail menurunkan berat badan, dari 75 kg ke 55 kg.  Sukses berat buat kang Indra.  Karena papabonbon juga ingin menurunkan berat badan sampai 50 kg, maka papabonbon ingin menapaki jalan sukses kang Indra.  Caranya gimana atuh, kang ?

gambar dari sini

Rekomendasi dari kang Indra buat beli bukunya Peter J. D’Adamo, judulnya Diet Sehat Golongan Darah.  Konon golongan darah O berasal dari nenek moyang kita di masa menjadi pemburu, karenanya mereka cocok makan daging, diet high protein, olahraganya yang cocok aerobik.  Cieeee, Tyranosaurus type nih.  hahahaha ….  🙂

Selanjutnya ketika manusia mulai bercocok tanam mulai timbul golongan darah A, cocoknya jadi vegetarian, olahraganya yoga dan cabang lain yang sifatnya non kompetisi.  Dooh, serasa brontosaurus nih, hahaha …

Tahap selanjutnya ketika manusia mulai melakukan domestifikasi hewan peliharaan, mulai beternak, timbullah golongan darah B.  Katanya sistem kekebalan tubuh paling tinggi dan sistem pencernaannya fleksible.  Selain itu dilahirkan untuk cocok dengan dairy products.  hasil domestifikasi gitu lho, telur dan susu.  Hehehe ….  Berikutnya, hasil pertemuan si vegetarian dengan si nomad menghasilkan golongan darah AB, hasil tengah tengah antara A dan B.

gambar dari sini

Tapi apakah klaim mr. D’Adamo ini valid secara ilmu pengetahuan ?  Sayangnya tidak.  So sad.  Coba baca baca lagi wikipedia untuk lebih jelasnya.

beberapa kritisisme ilmiah atas klaim D’Adamo misalnya :

  • klasifikasi makanan berdasarkan bermanfaat, netral dan harus dihindari, tidak punya dasar klasifikasinya secara ilmiah
  • lectin yang di klaim mr. D’Adamo sebagai pembeda jenis makanan pada golongan darah tertentu secara spesifik ternyata jarang terdapat dalam makanan kita sehari hari
  • dalam bukunya, D’Adamo meyetakan sedang melakukan pengaruh diet berdasr golongan darah pada penderita kanker dan juga ahrthritis, sampai saat ini hasil riset tidak pernah dilaporkan
  • golongan darah yang pertama kali ada justru golongan darah A, sedangkan ketiga golongan darah, A, B dan O sudah timbul sekitar 4.5 – 6 juta tahun yang lalu

baca juga :

Bebek Goreng Sinjay – revisited

Kalau Jie menyatakan kalau dirinya kecewa dengan performance bebek goreng sinjay, papabonbon justru merasa puas.  Dan hari ini nekad touring sendirian ke Madura demi untuk mencobanya kembali.  Pertama kali papabonbon bertemu si begor sinjay, adalah bulan mei, ketika join visit dengan seorang teman ke Madura.  Setelah keliling Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, hari ketiga kami meluncur kembali ke Bangkalan dan makan siang di sana.  Kala itu jembatan Suramadu belum diresmikan.  hohoho 🙂

sinjay 1

Yang papabonbon suka, harga dan rasanya konsisten.  Harga bulan Mei ketika Suramadu belum diresmikan dengan harga bulan agustus, 2 bulan setelah peresmian Suramadu harganya tetap.  Yang agak bikin kecewa adalah, harga bebek goreng dengan nasi dan tanpa nasi sama saja, 8 ribu rupiah.  Yang tambah bikin gelo, harga ati ampela sama dengan harga bebek.  Padahal kalau di Surabaya harga ati ampela sepasang hanya dua ribu rupiah saja.  Apa orang Madura banyak yang penggemar ati ampela yah, sehingga harga disamakan, hehehe 🙂

sinjay 2

keunggulan bebek goreng ini apa sih ?

  • kremesannya maknyusss. bumbu ketumbar terasa dan terlihat pada kremesannya. ada bau cabai, kunyit dan ketumbar yang kasar di sana.  sangat merangsang !
  • ati ampelanya empuk, terlihat dari bebek muda. teksturnya mirip dengan ati ampela di bebek cak Yudi Perak.
  • daging bebeknya ngempal.  mamabunbun mengistilahkannya, kesat.  gimana yah, daging yang gurih tapi kesat, tidak berair/mbanyu, tapi tetap empuk, wangi gurih.   maknyuss dah.  kira kira seperti itu.  Kalau masalah ngempal/kesatnya setanding dengan bebek goreng cak bondet di dharmawangsa dekat unair yang dagingnya juga ngempal.  cuman kalau masalah ukuran, sizenya masih kalah dengan cak bondet.  hehehe :).  tapi yah, 8 rb vs 11 rb gitu lho.

verdict : RO – repeat order (nilai 7.5 dari 10)

tips & trick :

  • kalau ke sana usahakan sebelum jam 2 siang.  kalau terlalu pagi takutnya belum buka, kalau kesiangan, takut sudah kehabisan, kayak nasib tragis yang dialami Jie.  hehehe 🙂
  • kalau berangkatnya dari arah Surabaya, melalui Suramadu, maka jaraknya sekitar 10 km dari Suramadu ke arah Bangkalan.  Ambil jalur kiri (bangkalan) yah, pasti ketemu kok.  warungnya yang warna merah ngejreng norak, di branding coca cola.

baca juga :

http://www.inijie.com/index.php/2009/08/10/short-escape-to-madura-3-bebek-goreng-sinjay/

Pilih Nasi Padang depan kantor atau Bebek Goreng pak Slamet ?

plang

dilema nih, bebek goreng pak Slamet kan sekarang buka cabang juga lho di Surabaya.  nanti siang makan Nasi Padang Ampera depan kantor yang super duper maknyuss atau ke Pak Slamet yah ?

buat yang penggemar bebek tapi masih asing dengan tersohornya pak slamet, saya kasih beberapa hints :

  • levelnya setara dengan HT Karang Empat, Cak Yudi Perak ataupun Papin
  • kalau suka bumbu ukep yg merasuk ala Kalasan (sedikit manis), yup, bebek pak Slamet ini pilihan yang tepat sekali, karena dia berasal dari Solo, yang sudah tersohor dari jaman baheula untuk bumbu yang meresap, dan rasa maknyuss yang dalam
  • buat yang suka sambal, hmmm, jangan dilewatkan deh, sambal korek pak Slamet ini beneran ciamik, pedes dan bikin kemringet tarikannya
  • rasa dan tekstur daging bersatu padu, bumbu yang meresap, dan daging yang sangat empuk ala makanan Solo menjadi pengalaman ultimate yang tak terungkapkan

akhir kata, doa papabonbon adalah, semoga penggemar kuliner dan pemakan bebek di Surabaya ini tidak membaca iklan bebek goreng pak Slamet ini di harian Jawa Pos hari minggu.  Semoga warungnya biasa saja, tidak terlalu rame, jadi papabonbon tidak ada saingan buat makan di sana.  hueheheh 🙂

 

 

  •  

Bang Thoif ngidam bebek goreng

IMG_3796

Akhir  desember kemarin jadilah papabonbon ketemuan dengan bang thoif dan mulky.  bang thoif adalah pendekat anti korupsi yang sedang bertugas di jakarta.  sesama teman satu sma dengan papabonbon dan mulky. 

Ternyata bang thoif kepengen banget makan bebek goreng.  jadi kita berangkat ke HT karang empat.  sampai di sana, ternyata sudah tutup 9jam 8 malam), ya wis kita muter ke papin, lhadalah, tutup juga, langsung cabut ke bebek 75, pas sudah duduk di warung yang masih ramai itu, katanya bebeknya habis.  🙂

Jadilah balik ke selera asal, sekitaran unair juga, bebek goreng cak bondet.  Dengan nafsu kelaparan yang menggebu gebu, masing masing orang makan 2 porsi.  mawutttt !  :p

Cirebon : Nasi Jamblang Pelabuhan

gambar dari wikipedia

pagi ini sudah dibawain nasi jamblang mang dul sih, tapi papabonbon masih penasaran dengan nasi jamblang pelabuhan seperti yang di tlis oleh arie parikesit – moderator jalansutra.  ya wis, papabonbon nekad jalan jalan sendiri, pakai acara mio yang suka mogok dewe, sampai betulin helm biar kagak nutup terus :p

Dari pelabuhan terus dikit sampai taman ade irma suryani.  Nah nasi jamblang ini kelihatan banget ramenya.  Lokasinya di pelampitan persis disamping pintu masuk taman.  Nyaris kagak kelihatan.

Aaaaah, sangat lengkap sekali propertiesnya nasi jamblang di sini.  jadi setelah ambil nasi yang khas banget karena pakai daun jati yang berbulu lembut itu (psssst, ambil dua porsi), papabonbon pun mulai tepekur, melihat berbagai pilihan condiment yang ada.  Coba deh kita list dulu di sini :

  • cumi hitam
  • ikan tongkol bumbu rujak
  • sambal racik khas jablang lah yauw
  •  perkedel kentang
  • sate usus
  • sate telur puyuh
  • tempe
  • tahu bacem khas jamblang
  • sate kentang
  • mendoang garing
  • tahu kuning
  • telur pindang
  • ati ampela goreng
  • ati ampela bumbu
  • hati sapi
  • jengkol yg delicious
  • dadar

kalau kamu suka model resto bersih dan clean, mungkin kamu susah menikmati, tapi kalau kamu pencinta makanan otentik dan mencari rasa khas daerah, papabonbon akan merekomendasikan nasi jamblang pelabuhan ini.

Cuminya mantap digongso dengan cabai hijau, harum dan gurih, bacemnya sangat merasuk, serasa melt di lidah, manis dan sedikit asam, rasanya merasuk bener ke bacemnya, pindang telur dan sate telur puyuhnya juga dibalur bumbu dan sudah diukep dengan sempurna, dengan berbagai condiment yang ada dengan rasa yang pas, papabonbon hanya bisa bilang “ini mantap !”.  Die die must try

pastinya papabonbon ambil cumi tiga biji, ati, ampela, sate telur, bacem, perkedel kentang 3 biji, kena 20 rb

baca juga :

  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Sega_Jamblang
  2. http://www.bakulrujak.com/?p=19

Ke Tjeribon

Dengan senjata seperangkat bebek goreng HT karangempat dan 3 magazin (sinyal,otoplus dan surabaya post) papabonbon percaya diri berangkat ke tjeribon.

Lagipula sudah mengcopy 3 edisi jalan jalan ke tjeribonnya arie parikesit – jalansutra. Kamera gemblokan canon powershot A630 juga sudah siap dipakai mengabadikan momen moment asoy geboy selama di jalan. Maklum sekali ini acaranya gowes petualang huehhehehe

Kita lihat saja nanti, momen menarik apa saja yang akan kita temui.rencana mau gabung dengan sesama tn-ers tjeribon. Konon ada 12 orang di sana. Hueboh !

Ciaooo, bambi !

Mau ke Jogdja

Papabonbon minggu ini mau dolan ke djogdja – 22 oktober sampai 26 oktober.  Mohon info teman teman cah andong hehehe … 😀

Seperti biasa, agenda yang kudu stick to schedule adalah wisata kuliner.  habis bongkar bongkar perbendaharaannya oom arie parikesit, ditemukan list sebagai berikut :

SGPC Bu Wiryo

Jl. Agro CT 81.10, Klebengan, Selokan Mataram dibelakang Fakultas Kedokteran Hewan. (0274) 512288. Berdiri sejak 1959 (hebat ya nggak capek), buka: 06.00-21.00

Berhubung sudah hari ke 4 nginep di Hotel yang sama (Jayakarta) dan udah bosen banget ama Breakfastnya, pagi itu Saya, Erna dan Mayang ngabur ke SGPC di Selokan Mataram untuk cari sarapan. Pagi2 makan Sego Pecel emang paling pas, apalagi di warung ini uborampenya banyak banget jadi bisa pilah-pilih mana yang kita suka. Kalau makan disini, entah kenapa pesanan saya selalu sama by default, Nasi Pecel dengan telor ceplok yang bentuknya seragam (pake cetakan nggorengnya) dan 2 tempe goreng, selalu itu sebagai awal setelahnya biasa nambah tempe gorengnya lagi atau peyek bungkusan dan yang pasti kerupuk kaleng. 

Untuk Rasa, tentu banyak yang setuju Nasi Pecel disini yahud banget, mungkin untuk sebagian orang kurang pedes bumbunya karena memang distel untuk lidah jogja banget jadi yang dominan manis gurih dengan tone pedes samar-samar, enak banget. Kita juga mesen seporsi Sop Daging yang isinya kumplit ala sop rumahan, ada kol, wortel, kentang dan soun, sopnya seger banget, alternatif menarik kalau lagi ga pengen pecel. Kalau mau agak rakus boleh pecel menu Sego Pecel Selulup, nah ini Sego Pecel disiram sop sayur daging tadi, menarik kan, mengingatkan pada makanan2 banyuwangi yang suka dicombine kayak pecel kare atau rujak soto. Eh iya, disini juga ada Garang Asem Ayam (ala Jogja) yang isinya 2-3 potong ayam dengan kuah clear berbumbu cabe dan belimbing wuluh, seger banget.

Habis makan berhubung masih laper tapi males pesen nasi pecel lagi, akhirnya saya mengakuisisi beberapa gorengan manis yang disediakan, misro yang isinya unti gule merah, combro yang isinya oncom, bola2 ubi dan rondo royal aka tape goreng, semuanya legit dan enak. Mau minum yang khas, ada es beras kencur dan es tomat yang keduanya seger, sehat dan berkhasiat (apa karena es beras kencur ya saya jadi nggragas pagi itu)

Nasi Pecel 3, Telor Ceplok 1, 2 tempe goreng, 4 tempe goreng tepung, misro, combro, klenyem, tape goreng, 2 krupuk plastik, 2 krupuk kaleng, sop, es tomat, es beras kencur, es teh tawar, makan ber3 = 28K

Verdict: SANGAT DIREKOMENDASIKAN

 

RM Sabar Menanti

Jl. Solo KM 11, Kalasan, (0274) 497052

Pecel Empal (9K), Mangut Lele (@4K), Urap dan Lodeh Terong (@2K), Oseng2 Kikil (4K), Krecek (5K), Dawet (4K), buka siang-sore

Salah satu yang merekomendasikan tempat ini adalah cindih yeyet sureyet van Bandung. Walau lidah yeyet sunda pisan tapi ternyata klop sama tone makanan Jateng ala Sabar Menanti, bukan hanya manis tapi puedes juga jadi salah satu tone menonjol di sajian RM ini (pantes yeyet doyan). Setelah mengambil Nasi Merah di penghangat (self service) saya sempat terpukau melihat pilihan lauk pauk berjejer rapi di dalam kotak2 penghangat, semuanya keliatan enak , semuanya saya suka, semuanya melambai2 minta diadopsi, aghhhhh sampai bingung banget menentukan pilihan . Sebenernya biasanya pelanggan mengambil lauk lalu langsung ditaruh diatas nasi, supaya bisa saling mencoba kita ngambil nasi lalu lauknya dipisah dipiring2 lain. Selain ngambil beberapa lauk di meja prasmanan, kita juga pesen Pecel Empalnya yang ngetop banget itcu.

Berturut2 saya coba Oseng2 Kikilnya yang cakep banget warna dan bentuknya, irisan tipis kikil sapi berbalur potongan cabe ijo dan merah, puedes pol. Lalu Mangutnya yang rich dan spicy banget, kuahnya lebih pedes dari rata-rata kuah mangut ala jateng (misalnya RM Purnama atau Mangut Jetis), warnanya juga lebih galak merah menyala. Lele yang dipakai ukuran sedang jadi masih manis tapi lumayan banyak dagingnya. Untuk tombo pedes kita juga mesen sepiring urap yang seger banget isinya bayem, kecipir, kecambah dan serutan wortel rebus.

Sayur kedua yang menjadi pendamping adalah Lodeh Terong, nah kalau yang ini sih lumayan pedes hasil campur tangan potongan cabe keriting ijo, perpaduan terong dan tempe bikin sayur lodeh ini irresistible, feel at home banget saat menyerutup kuahnya yang bersantan tapi cukup light, uniknya lagi ada potongan peteuy di sayur lodeh ini, kayaknya baru pertama saya makan Lodeh yang ada pete buletnya kayak gini, muantep. Kalau belum kapok pedes masih ada menu sambel goreng krecek yang kita pesen, kreceknya udah soft tapi nggak ancur dipadu kuah yang spicy menantang, ada bonus pete juga di piring krecek ini, tau aja ya kita maniak pete (sambil ngecheck apakah bawa berroca di tas – buat penawar bau hehe). 

Nah sekarang pamungkas acaranya, kita hadirkan Pecel Empal (plok plok plok), menu flagship dari RM Sabar Menanti yang hadir profokatif dalam cobek batu berisi empal seukuran telapak tangan remaja putri ditaruh diatas ulekan sambel mentah yang warnanya medeni banget, yaik pasti puedes tenan nih. Teman2 yang saya ajak nanya, Pecelnya mana Rie, nah ini dia pertanyaan std dr kaum awam hahahaha, Pecel bukan berarti Pecel Sayur2an itcu tapi bikinnya dipecel alias dipenyetin ke sambel, misalnya Pecel Lele, tinta adinda pecel sayurnya kan bow , akhirnya mereka manggut2 mengerti seraya melahap pecel empal itu. Pecel Empalnya sendiri kualitasnya diatas rata2, Empalnya empuk tapi masih menyisakan tekstur yang solid dan suambelnya pedes pol dul, sampai pengeng kupingku, untung sempet mungut beberapa potong tahu bacem untuk tombo pedesnya. Tombo pedes lainnya bisa ngunyah lalapan yang disajiin di meja, ada daun kenikir, kacang panjang mentah, tomat, daun kemangi, daun papaya rebus dan yang unik ada bawang merah mentah lha iki lalapan opo ubo rampe sate kambing seh hahahahaha.

Buat penutup, habis makan yang puedes2 seperti diatas maka Es Dawet putih ala Jogja bisa jadi pilihan (yang kayak dijual di Pasar Beringhardjo itu loh), selain dawet juga ada cinco hijaunya, marem banget minumnya, tapi agak kemanisan bow minta gulanya dikit aja kalau kurang kan bisa nambah ta iye. Sebuah warung sederhana dan murah tapi kualitasnya bagus banget, Puas daku, puasssss.

 

Makan ber 5 = 53K,

Verdict: SANGAT DIREKOMENDASIKAN

 

Nasi Gudeg Batas Kota “Cukupan”

Diseberang Saphir Square Jl. Solo, deket “batas kota” Jogja, di emperan Toko , buka jam 9 malam sampai 3 pagi.

Waktu saya kecil (SD lah) Nasi Gudeg favorit kita sekeluarga adalah Nasi Gudeg di depan Kelenteng di Jl. Brigjen Katamso situ, buat saya udah paling uenak deh, selalu pesen nasi Gudeg Telor + Ayam paha, dimana Ayam Paha kampungnya sekalian ama cekernya, wahhhh asoy pisan. Kalau padanan Gudeg tersebut di Jakarta adalah Bu Hardjo yang menurut saya paling mirip sama Gudeg Kelenteng itu. Nah sekarang Gudeg Kelenteng udah digusur kesebrangnya, dan cukup lama juga nggak kesitu. 

Setelah beranjak dewasa (ciee) mulai coba2 Gudeg lain kayak Yu Djum di Wijilan atau Gudeg Tugu dan juga Gudeg di Pangeran Mangkubumi, semuanya nggak terlalu cucok sih kekeringan buat gue. Untuk beberapa saat saya dan Erna sempet hooked sama Gudeg Bu Amad Selokan Mataram yang legit manis, sempet juga nyoba Gudeg lain kayak Gudeg Sagan yang nggak terlalu saya sukai. Tapi era baru telah tiba, sekarang kita ngefans berat sama Gudeg Batas Kota “Cukupan” ini, tone Gudegnya mirip dengan Gudeg Kelenteng diatas tapi jagoannya adalah kreceknya yang puedes abis, jadi kalau pengen gudeg tapi pengen pedes, Gudeg Cukupan ini jawabannya. 

Tempatnya sih sederhana , cuman ngemper di Toko depan Saphir Square, makanya buka jam 9 malam karena nunggu tokonya tutup. Tapi yang ngantri dan makan wahhh banyak banget, menunya kumplit, Gudeg sak ubo rampenya, Ayam ada dua macem negri dan kampong (pastinya akyu yang kampung dong). Segala macem sate2 jerohan ayam dengan bumbu ala klaten, dan untuk mahasiswa2 yang berjiwa muda ada sate sosis dan nugget juga hehe. Sedia juga Ayam/Tahu/Tempe Bacem yang luegit.

Sambil nulis ini, ingatan menerawang ke Gudeg2 mana aja yang udah saya pernah makan di Jogja, dan ada satu sebenernya yang sempat bikin kesengsem, Gudeg pikulan yang dijual mbok2 Tua, biasanya mangkal di Gang deket Hotel Mutiara Malioboro, Garang Asem Rempelo atinya yahud tenan, masih ada nggak ya Mbok itu sekarang

Makan ber4 kuenyang, kerusakan sekitar 60K

Verdict: SANGAT DIREKOMENDASIKAN