Gaji Kecil Atau Jadi Pengangguran?

Wah, pertanyaan dari oom Poltak memang seringkali menohok.  Belionya bertanya, “Mana lebih baik: gaji kecil atau jadi pengangguran ?”.  Jawabannya bisa pilih gaji kecil, bisa juga pilih resign.  Sangat tergantung orangnya, case by case kalau melihatnya secara individu.  Namun secara sistemik, rata rata orang nampaknya lebih memilih dapat gaji kecil, yang penting kerja dulu.

Mengapa Upah di perusahaan outsourcing seringkali kecil ?

gambar dari http://www.ldfeui.org/images/wd/wd-t24n6-94.gif

Berikut ini kuliah ekonomi mikro 101 – bab wages & salary dari oom Poltak Hotradero. Esensi dari upah kerja adalah tanggung jawab. Semakin besar upahnya semakin besar tanggung jawabnya. Upah kecil ya berarti tanggung jawab pun kecil. Tidak ada upah – tentu tidak ada tanggung jawab

Bila terjadi distorsi – di mana upah tidak sebanding dengan tanggung jawab — maka lowongan atas pekerjaan seperti itu akan punah. Tidak akan ada yang berminat. Mana ada sih orang yang mau mensubsidi perusahaan tempat kerjanya?

Nah, kalau seseorang merasa upahnya tidak mencukupi — tentu itu berarti ia harus berani mengambil tanggung jawab lebih besar. Dan sering kali tanggung jawab lebih besar hanya bisa diperoleh bila terdapat skill yang lebih tinggi. Kalau orang tersebut mau berinvestasi untuk memperoleh skill yang lebih tinggi — maka terbuka kesempatan baginya untuk mengambil tanggung jawab lebih besar – sehingga bisa beroleh upah lebih besar.

Sekarang kita coba balik – melihat dari sisi perusahaan.

Bagi setiap perusahaan budget untuk membayar upah selalu terbatas. Pilihan mereka biasanya:

  • Menggaji kecil tapi merekrut lebih banyak pegawai
  • Menggaji lebih besar tapi merekrut lebih sedikit pegawai
  • Menggaji lebih besar dan merekrut lebih banyak pegawai TETAPI mengurangi belanja modal (mis. mesin)
  • Menggaji lebih kecil – tetapi belanja modal lebih besar – sehingga output lebih besar
  • Menggaji lebih kecil, belanja modal tetap – tapi melakukan training sehingga skill meningkat dan output lebih besar.

Nah bila kita melihat dari faktor-faktor di atas, maka satu-satunya yang menjadi justifikasi gaji seseorang di mata perusahaan adalah SEBERAPA BESAR PRODUKTIVITAS pegawai tersebut.  Maka jelas bahwa besar nominal gaji menjadi tidak relevan.  Yang relevan adalah produktivitas. Itu yang dijual (oleh pegawai),  dan itu yang dibeli (oleh perusahaan).

Hubungan antara pegawai dan perusahaan adalah hubungan transaksional. Perusahaan membeli waktu, tenaga, dan pikiran pegawai berdasarkan harga (upah) yang kemudian menentukan harga jual produk. Kalau memang produk yang dijual harganya murah — ya tidak heran kalau terdapat limit yang rendah atas upah.

Jadi jelas ada spektrum yang lebih luas ketimbang hanya sekadar bicara besaran nominal atas sesuatu yang bernama upah.

baca juga :

  1. http://www.ekonomirakyat.org/edisi_11/artikel_6.htm
  2. http://www.antara.co.id/arc/2008/5/1/jangan-jadikan-upah-rendah-sebagai-daya-saing-investasi/
  3. http://thezoostation.wordpress.com/2007/05/02/upah-layak-nasional/
  4. http://binamanajemen.wordpress.com/2008/04/24/workshop-penyusunan-struktur-skala-upah-yang-efektif-sesuai-peraturan-pemerintah-dan-pendekatan-pasar/

 

 

 

 

11 thoughts on “Gaji Kecil Atau Jadi Pengangguran?

  1. Wah…wah…menarik ini. Ada lagi lowongan kerja yang diminati sekarang yakni jadi Kepala Daerah lewat Pilkada. Nah, berbicara dari sisi tanggung jawab dan produktivitas, lowongan ini sangat nyaman dan ueenak tenan, Cak!!! Lha??? Karena lebih banyak orang yang menjabat tetapi tak bertanggung jawab dan berproduktivitas rendah buat rakyat yang dipimpinnya alias nggak ngaruh apa-apa.

  2. Banyak perusahaan sekarang sudah menggunakan sistem grading, besarnya gaji tergantung dari besarnya risiko yang harus dipikul, hal ini juga untuk menghindari safety player.

    Bagi new fresh graduate, segera kerja sangat perlu, walaupun gaji kecil, untuk menambah wawasan dan merupakan nilai tambah. Dari pengamatan, dan diskusi dengan beberapa bos (mantan Dep Gubernur BI, mantan Direktur bank), ternyata mereka lebih memilih orang yang nilainya cukup dibanding IP mendekati 4, asalkan team work nya bagus. Pengalaman bekerja memudahkan langkah selanjutnya, pada saat wawancara hal ini sangat terlihat, yang sudah bekerja bisa lebih meyakinkan, lebih pede, bisa menerima pendapat orang lain, dan bisa meyakinkan orang.

  3. Ada lagi pilihannya tuh:
    Menggaji lebih besar, merekrut lebih banyak pegawai, belanja modal tetap besar, dan gak sampe 3 bulan perusahaan gulung tikar, hehe…

  4. Nah, kalau seseorang merasa upahnya tidak mencukupi — tentu itu berarti ia harus berani cari obyekan di luar . Dan sering kali tanggung jawab lebih besar hanya bisa diperoleh bila terdapat skill yang lebih tinggi. Kalau orang tersebut mau berinvestasi untuk memperoleh skill yang lebih tinggi — maka terbuka kesempatan baginya untuk mengambil tanggung jawab lebih besar – sehingga bisa beroleh upah lebih besar.

  5. Untuk eksis dalam persaingan, termasuk di era global, perusahaan seharusnya menggeser daya saing buruh itu ke ranah produktivitas,”

    , jika upah rendah dijadikan sebagai daya saing industri maka hal itu justru merefleksikan kekurangmampuan perusahaan meningkatkan harkat buruh.

  6. gue gak komentar soal gaji kecil tapi yang jelas sekarang standar kebutuhan hidup meningkat, tentunya harus diimbangi juga dengan penghasilan bro..
    Kaum buruh yang pendapatannya cuman UMR yang paling tinggi Rp.1,2jt sebulan yang jam kerjanya dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore mana bisa cari tambahan. Pagi bangun tidur langsung pergi kerja, pulang kerja nyampe di rumah udah capek, mana tahan……

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s