Kenyataan yang ada di depan mata :
- perusahaan butuh fokus
- area yang bukan core competence perusahaan dikerjakan oleh outsourcing
- di Indonesia sudah banyak perusahaan outsourcing
- mayday ditandai dengan tuntutan penolakan terhadap sistem kontrak dan outsourcing
what went wrong ?
- Apakah outsourcing hanya berupa ide bagus, namun miskin implementasi ?
- Apakah perusahaan outsourcing di Indonesia belum ada yang bisa menjadi teladan ?
Dikki Zulfikar menuliskan dalam resensinya tentang Azim Premji, hal hal yang berbeda antara outsourcing di India dan di Indonesia. India, adalah raja dalam hal bisnis outsourcing global. perusahaan perusahaan outsourcing india melayani dari pengembangan software sampai dengan menjadi call center untuk perusahaan perusahaan global seperti Nokia, Prudential, dan Microsoft. Di India, Azim Premji dan Wipro menjadi perusahaan outsourcing global terbesar di India. Karyawan di India 61.000 dan di luar negeri mencapai 11.000. Resensi buku tentang Azim Premji ini bisa dilihat di www.dikkyzulfikar.com.
Yang menarik dari Premji dan bisnis outsourcingnya adalah cara azim premji memegang teguh nilai nilai etika adalah modal dasar dalam membangun organisasi yang kuat dan profesional. Terdengar aneh bukan ? Outsourcing bisa bergandengan tangan dengan etika. Sesuatu yang bukan Indonesia banget. 🙂
Mayday kemarin diisi dengan penolakan terhadap sistem kontrak dan outsourcing. Jika Azim Premji dianggap raja outsourcing dan etika bisnisnya tinggi, papabonbon jadi bertanya tanya, perjuangan kaum buruh itu nggak dianggap sama sekali ya oleh kang Premji. Lalu bisnis yang beretikanya di mana ? .
gambar dari http://www.worst-jobs.com/cartoons/worst-jobs-crap-work.jpg
Berikut ini poin poin dari teman teman milis Ahli Keuangan Indonesia tentang outsourcing.
- outsourcing di Indonesia tidak berpihak pada tenaga kerja, karena itu sangat dibenci oleh para buruh. pekerja outsourcing itu umumnya lebih inferior dibanding pekerja tetap. mereka kebanyakan dari badan hukum cv atau perusahaan perorangan yg mayoritas ngemplang dari kewajiban2 kpd pekerjanya, mis. gaji dibawah umr, tdk diikutkan program jamsostek, dsb. dengan itu persh. outsourcing berani menawar pd harga yg rendah pada kegiatan yg dioutsourcekan oleh persh.2 besar.
- benar sekali perusahaan yg melakukan outsourcing akan lebih efisien dan efektif, namun itu tdk lebih dari pengalihan beban saja ke pekerja outsourcing. hal mana yg ditentang pekerja pd mayday kemaren.di amerika pun orang orang inda dan perusahaan outsourcing india sangat dibenci. kalau cina sudah mencuri pekerjaan blue collar [pegawai pabrik] dari amerika dengan adanya pabrik pabrik di china, sekarang orang india merampok pekerjaan para white collar [pegawai kantoran] dengan berkembangnya bisnis outsourcing di india.
- di indonesia yang salah adalah ketidakmampuan perusahaan outsourcing menciptakan nilai tambah. sehingga ia mengandalkan upah murah sebagai cara mendapatkan profit. akibatnya pekerjalah yang terus ditekan, dengan sistem kontrak maupun gaji mepet umr.
- Perusahaan outsourcing juga gagal mendapatkan pekerjaan/kontrak yang lebih baik karena mengandalkan persaingan harga antar sesama perusahaan outsourcing. Bukan kelebihan dan pelayanan yang diutamakan, tapi mana yang lebih murah, yang menang.
- Selain itu, perusahaan outsourcing masih saja fokus pada pekerjaan level bawah, seperti security, cleaning service, staf marketing, teller. Padahal di India, tidak hanya pekerjaan level bawah yang bisa didapatkan. Programming yang melibatkan insinyur2 berpendidikan tinggi juga dikerjakan di India.
- Teknologi tinggi juga dibundle sedemikian rupa sehingga mampu mengangkat nilai kontrak outsourcing oleh perusahaan di india. Memang upah buruh di india murah, namun india mampu menciptakan nilai tambah lain yaitu lewat teknologi canggih. Kita melihat sekarang, insinyur india sangat maju perkembangannya baik dalam dunia IT, elektronik, mesin, bahkan nuklir (tapi gak ada outsourcing nuklir lho :P).