Here we go : Imlek Festival. Again. dan sekaligus perayaan kalau ini tahun kedua bermain kamera manual. 😀
Perayaan Imlek kali ini papabonbon lalui dengan perasaan aneh. memotret tentu, tapi disela sela, meluangkan waktu di antara berbagai target lain. Dari thesis yang mangkrak, appraisal tahunan, bulan depan national conference di Jkt yg gitu deh, exhausted, dan di saat yang sama sedang berburu rumah kontrakan yang baru.
Memotret saat Imlek ini membuat papabonbon tercenung, sekaligus menghibur diri, karena sesaat lepas dari himpitan masalah ini dan itu yang datang setiap hari. Yah, kira kira gitu deh, curhat colongannya. 😀 Pastinya, memotret kali ini juga rada beda dengan ketika berusaha memotret suasana imlek tahun lalu. Bedanya karena sudah ngerti angle dan suasana di dalam kelenteng. Jadi menyesuaikan dirinya sudah jauh lebih enak. Nggak kaget. hehehe 😀
Yang perlu dipuji, sebenarnya adalah karena komunitas Budha/Tionghua tidak memandang aneh ketika kami, para fotografer hobbiest ini berbaur dengan mereka, memotret aktivitas mereka. Kami juga merasa nyaman meliput kegiatan di sekitar vihara atau kelenteng. Suasana cari dan nyaman ini sebenarnya juga dirasakan di Bun Bio, Hok An Kiong ataupun Vihara Sanggar Agung Kenjeran.
Papabonbon menulis rasa nyaman di atas, karena hal ini sering nggak disadari dan di ekspresikan. padahal, menurut papabonbon, ini penting. Lha, kita motret di mall saja, dikejar satpam, memotret di tempat ibadah lain, mungkin anggah ungguh nya juga cukup ribet. Jadi, kenyamanan memotret imlek, itu harusnya dikategorikan sebagai berkah. Iya ndak, sih ? 😀 Dan karena itu, perlu lah di apresiasi sewajarnya.
Pasang dua hasil jepretan deh.