Duh, Keterima di BPK. Ambil Gak Ya ?

Kemarin malam pengumuman BPK sudah keluar. Akhirnya.  Nama papabonbon tercantum di sana.  yang ngasih tahu malah teman yang juga ikutan test BPK, dan sedihnya lagi, jauh jauh test dari Makasar, gak lolos pula. Jadi papabonbon sekarang bingung [lagi], secara papabonbon juga belum merasa mantaptf di tempat kerja baru.  Lah, baru 2 minggu kerja, jee. Belum merasa kerasan karena belum punya temen akrab dan tempat buat curhat.

Heueueuue. Bahkan anak istri pun belum di boyong.  Jadi menghitung kancing.  Ambil … Tidak ..Ambil…Tidak … Kasih advis dong !

Dari sebulan yang lalu papabonbon sudah nulis di forum sekolah.  Papabonbon copy paste lagi deh di bawah ini.  Intinya sih, butuh advis juga.

Papabonbon lagi dilemma. Kemarin ini, lagi sibuk test kerja di dua tempat. satu swasta satu lagi di PNS. Yg swasta udah ada pengumuman tuh, makanya per tgl 14 Mei ini udah kerja di perusahaan swasta X. Gaji lumayan lah, ndak kalah ama yg di BI. Nah, sementara ini, juga lagi nunggu pengumuman test terakhir di BPK – Badan Pemeriksa Keuangan. Belum pengumuman sampai hari ini.

Nah, kalau mau jujur, papabonbon sering gak ngerasa cocok kerja di swasta. Aku lebih suka jadi dosen. Ngajar, diskusi serius, baca baca yg rada rumit. Itu pun ketertarikannya bidang sejarah, sosial atau politik. So, kenapa nimbang nimbang jadi PNS ? Buat ngejar beasiswanya huahahaha ..!  😛

Menurut kalian, dalam waktu dekat ini, pilihan mana yang lebih pas buat papabonbon ? anggap standarnya adalah diri kalian sendiri. papabonbon pingin tahu alasannya kenapa pilih swasta, atau pilih PNS nya.

Ditunggu sharingnya yah !!!

102 thoughts on “Duh, Keterima di BPK. Ambil Gak Ya ?

  1. Tergantung pada keinginan, coba menganalisis diri sendiri, seneng mana? BPK menarik lho, memang gaji tak besar, tapi banyak bepergian, serta banyak beasiswa bahkan sampai program doktoral.

    Kalau saya disuruh memilih? Saya akan pilih BPK, diantara waktu kerja bisa mengajar…pendidikan ditempatku kerja dulu sering meminta BPK untuk mengajar, terutama materi Forensik accounting. Dengan kerja di BPK, bisa mengaudit BUMN (Bank, perusahaan minyak, perkebunan, gas dsb nya)…yang sangat tinggi nilai tambahnya. Apalagi kalau senang mengajar dan menulis…klop lah…..

    Hayoo…bingung….

  2. papabonbon, salah satu temen deket gw adalah anak BPK, sebut aja namanya fifi. Lulusan STAN dan ambil Master di sini. Gw ngga bisa rekomen apa2 ya tapi ini gambaran pekerjaan dia (kita sahabatan jadi dia terbuka banget):
    1. Pekerjaan nggak “bersih”. You know lah.. audit badan pemerintah. Kata medwi: berbahagialah fifi sebagai top predator 😀 Akan jadi dilema bagi orang2 yang nggak pengen makan uang haram atau abu2 (termasuk fifi ini). Kalau dia jadi team leader, dan ngga mau terima duit dari klien, anak buahnya mengucilkan dia, dan ngga mau kerja. Boss pun menuntut setoran.
    2. Kemungkinan sekolah melalui beasiswa memang besar. Itu yang dijadikan pelarian temen2 gw di depkeu (bagi yang selalu merasa terjepit dalam “permainan” disana, terutama anak2 BPK, Pajak, dan BC). Tapi sekolah ke luar menuntut kontrak ikatan dinas 2n+1.
    3. Pekerjaannya menuntut traveling. Karena tugas utama BPK adalah mengaudit budget pemda selain BUMN (sekarang kita punya >440 pemda). Sejak pulang tahun lalu, dia udah keliling beberapa daerah.
    4. Oya satu lagi: ada klik STAN dan non-STAN. 😉
    Nah silahkan dipertimbangkan sendiri. Satu hal lagi: pindah dari swasta ke lingkungan PNS itu gak mudah. Beda banget lingkungan kerjanya. Kata temen gw: KTKGS (Kerja tidak kerja gaji sama).
    PNS yang pinter, dapet duit tambahan dari proyek. Tapi sebagian besar proyek itu sbenernya ngabis2in duit negara juga (padahal pake loan pula *sigh*). Istilah mereka (mereka sendiri lho yg bilang): mental proyek. Hasil gak penting, yang penting ada tambahan penghasilan per bulan. Jadi bikin proyek terus. Anak2 yang baik merasa dilema, tapi yah gimana lagi? 🙂
    Itu kompilasi dari berbagai kisah temen2ku di Depkeu (BC, Pajak, Anggaran, BAKUN, Piutang Negara). Selama 6 tahun disini, gw bertambah puluhan temen PNS terutama dari depkeu, deplu, dan BI. Jadi sumbernya ya mereka2 ini. Maaf kalo ada yang tersinggung 😛

    • saya mau menikah dengan wanita yg kerja di bpk,saya jadi ragu,takut dan kwatir klu kerjanya dia menyita waktu mengurus rumah tangga,yg ujung2nya cekcok dan cerai.apa kira2 kerja di bpk itu dipindah2 dan sibuk kerjanya?klu di pindah2 mending saya batalkan aj daripada rumah tangga saya hancur.secara finansial saya bisa mencukupi lebih dari cukup,percuma punya istri tp jarang ketemu,ujung2nya selingkuh,meskipn tergantung pribadi masing2 tp klu 30 tahun jarang ketemu kan lama2 dilema juga,masa hidup serumah saat dah tua dan sakit2an kemudian mati,tau sendiri kan pensiun umur berapa.kenikmatan berumah tangga gk tercapai tuh

  3. Memang pekerjaan itu pilihan. Orang BPK tak semuanya jelek, karena tergantung dari orangnya. Sama dengan AO Bank, orang suka memandang mendapat sesuatu dari nasabah…demikian juga BI yang tugasnya mengawasi. Tapi saya melihat kondisi ini sudah jauh lebih baik, dan semua tergantung orangnya. Orang bekerja di Pajak, di Bank, di BI, sebagai auditor…memang banyak cobaannya..justru disitulah seninya, apa kita bisa berjalan dijalan yang diridhoi Allah swt.

    Apalagi sekarang lebih transparan, mestinya tak bisa main-main lagi. Bidang pekerjaanku selama 7 tahun berhubungan dengan auditor terus menerus, baik BPK, BI, audit intern, juga audit akuntan (E& Y, KPMG..tergantung perusahaan menggunakan mana)…alhamdulillah, tak menemukan yang aneh-aneh karena semua bekerja profesional…dan penilaian kinerja jelas, tak bisa kerja apa tidak sama saja. Bahkan akhir-akhir ini sudah dimulai sistem grading, dengan amplop tertutup, yang menumbuhkan persaingan yang sehat.

  4. Halo Papabonbon,

    Sebelumnya maaf nih sok kenal, hehe..baru sempet blogwalking lg soalnya.

    Soal pilihan memang harus pake hati yah, dirasa-rasa ‘what do I really want’, itu yang penting. Kalo soal kemungkinan disekolahin (dapet beasiswa) dari BPK memang lebih besar. Tapi sistem yang ada tentu aja lebih ‘sulit’, terutama buat orang-orang idealis yang pengen ‘bener’ kerjanya. Dan meskipun nanti Papabonbon udah disekolahin tinggi-tinggi (which is very good, of course), tapi penghargaan dari pihak lingkungan PNS akan terasa amat kurang. Alhasil, dilema hati akan datang, pengen keluar PNS masuk swasta (yang udah pasti rewardnya besar), tapi gak bisa karena terikat dengan peraturan 2n+1. Memang kalo di PNS kesannya lebih ‘ringan’ kerjanya, tapi belum tentu juga kenyataanya sih. Saya prihatin sama persepsi yang menganggap bahwa kerja di PNS itu lebih ringan. Ok, memang sebagian besar seperti itu, santai-santai, gak punya jadwal disiplin, bahkan gak tau mau ngerjain apa. Tapi untuk mereka yang kerjanya luar biasa sekali, kerja di PNS itu menyiksa. Ilmu mereka tinggi, rewardnya kecil dan sistem sekitarnya kurang mendukung untuk maju. Pada akhirnya kalo boleh saya bilang, orang baik-baik yang kerja di PNS itu punya beban batin yang amat berat, hehe.

    Kalo saya di posisi papabonbon, akan fokus ke pekerjaan swasta dulu. Kenapa? Mencari pengalaman dan kekuatan mental (karena di swatsa competitivenessnya jg gak kalah besarnya). Ada niat terselubung lainnya adalah, gajinya yang lebih besar daripada gaji PNS. Segaknya bisa nabung-nabung dulu untuk pendidikan anak, dll, hehe..maklum apa-apa mahal sekarang, hehehe. Kalo memang papabonbon sekarang merasa kurang sreg di swasta, apa nanti di PNS akan merasa sreg jg kan belom tentu. Jadi yang udah di genggaman tangan aja di jalanin dulu kali ya…dari gaji swasta., saya bisa ambil kuliah master atau doktoran sendiri di sore hingga malam harinya. Memang lebih capek, tapi bukankah seharusnya begitu kalo fight for something u really want, hehe. Karena baru 2 minggu bekerja, lanjutin aja dulu…adaptasi memang butuh waktu yang lama. Tapi nanti pasti ketemu temen curhat yang OK kok…hehe..

    Tapi kan ya itu ‘kalo saya di posisi papabonbon’.
    Kalo papabonbonnya sendiri jangan ngikut-ngikut saya.
    Ikutin kata hati aja, maunya apa, ya itu yang diambil.
    Cause you have to love your job first then the result will come.

    Oke, malu nih kepanjangan nulisnya..hehe..
    salam kenal!!

  5. ini barusan chat sama si fifi, doi sekarang lagi di daerah, ngaudit salah satu pemda terkaya di Indonesia:
    gw: BPK itu ada pegawai di kantor daerah ya?
    fifi: sekarang lagi buka perwakilan di tiap provinsi
    fifi: terutama di timur
    gw: yg diaudit sapa?
    fifi: pemda seluruh indonesia
    fifi: termasuk BUMD nya
    fifi: tapi secara organisasi belom siap kayaknya
    fifi: gak ada jalur karir yang jelas
    fifi: semua masih suka2 pejabatnya
    fifi: kalo dia orangnya kayak mbak yang dinamis kayaknya bakal tersiksa hihihi
    …………………. (gw bilang kalo ente dari swasta)
    fifi: waaaaaaaaaa
    fifi: ada temenku orang LIGNA
    fifi: dulu internal audit
    fifi: dia pikir BPK itu kayak BI
    fifi: sekarang dia kecewa berat
    apa yg diceritain Astrid, itu tipikal cerita yang berulang gw denger dari temen2 di BPK dan Depkeu. Ada temen yang baru pulang master, lsg apply program phd, karena gak siap balik ke kantor dg sistem yang masih sama (reward yg rendah, susah berkembang).
    tapi kalau papabonbon mengincar posisi Pak Anwar, ya ganbatte 🙂
    btw, posisi BPKnya pusat atau daerah?

  6. @ Astrid. Papabonbon sudah kerja 7 tahun terakhir ini. awalnya 2000-2001 di sebuah KAP yg pakai merk DTT, trus 6 tahun di manufactur electronic dgn merk Korea, dan sekarang ini [dua mingguan] di sebuah principal susu dan makanan bayi. kayaknya astrid tuh fifi yah … 😛

    kayaknya masukin berkas berkas ke bpk dulu aja deh. abis belum merasa matep sih di perusahaan susu ini. tgl 20 juni ini last day penerimaan berkas yg bejibun jibun itu.

    @ mbak Fau.
    Kerja 7 tahun di swasta, capek. dan remunerasinya, jujur saja, belum setara yg diharapkan [dan karena itu papabonbon baru pindah kerja kemarin itu qe qe qe]. Save play .. cari tempat yg aman .. itu juga yg mendorong papabonbon kemarin daftar ke BPK. [dulu dulu lumayan anti masuk pns – keluarga besar papabonbon rata rata pns, dan sudah cukup muak dengan cerita cerita ttg dunia pns. hayah …]

  7. Kalau sudah serumit ini pake feeling aja bang Arcon, kira-kira mantepnya dimana. Kebanyakan analisa malah tambah pusing, mending istirahat dulu, ambil cuti, pulang kampung, jalan2 ke sekolah jaman dulu, ngobrol sama orang2 bijak -yang baiknya ga ngerti situasi yang sebenarnya gimana-

    biasanya dah itu dapet pencerahan tungg.. bikin kita mantep untuk memilih. kalau ditanya sama saya sekarang, kayaknya untuk bang Arcon mantepnya di BPK deh.

    *hehehe beda lagi pendapatnya dari yang kemarin.

  8. sejujurnya, hari minggu pagi kemarin sih mantep ambil BPK. Tapi siangnya ada protes dari keluarga dan sodara dekat.

    1. di pns bisa kram otak 😛
    2. dari dulu hari cari kerja di sby, pas sudah dapat kok malah dilepas.
    3. kalau masih ada trauma ama mantan boss DG di perusahaan kroya dulu, yah, kudu relaksasi dulu, biar lepas bebannya, trus minta petunjuk pada Allah SWT
    4. kalaupun mau cari tambahan di sby, ada banyak jalur. setelah ngobrol sana sini, iya juga sih. kemampuan akuntansi dan audit lagi laku dijual. tambahan barang 1-2 jt per bulan, cincai lah.
    5. dulu cari save, karena yg kerja papabonbon saja. istri di rumah. beda dengan teman yg suami swasta, dan istri di pns. kalau suami kena tendang, dapur masih menyala. ternyata istri siap sedia pulang ke BWI dulu jika terjadi sesuatu [maklum perusahaan swasta memang beresiko], dan sementara jobless cari cari kerjaan baru. terus ikhtiar.

    ah, beban beban jadi banyak lepas. thx buat semua yg jadi tempat curhat dan menaruh kepercayaan pada papabonbon. sekarang tinggal papabonbon memilih mana yg paling mantap dan diinginkan.

  9. apapun pilihan arcon, semoga yang terbaik bagi arcon, bagi keluarga, dan memang yang sejatinya terbaik dari Allah buat arcon.

  10. mendapat kerja yg sangat bonafide sperti BPK adalah angerah tersendiri..
    mari mas papbonbon…kita berjuang perbaiki negara ini…dari dalam…
    sekali lagi selamat yaa…alhamdulillah keterima di BPK

  11. @ wawan
    papabonbon tidak merasa berkompeten ikut memperbaiki negara ini, apalagi dari dalam, yg ada, mungkin malah ikutan jadi birokrat korup. dulu sih, karena lowongan dosen lama banget buka nya, karena bukan anak orang kaya, yah kudu survive, jadilah bolak balik di swasta terus. 😀 mana sekarang mintanya S2 pulak jadi dosen wekekekek. kemarin karena desperate [baca bosen berat] dengan kemapanan di perusahaan kroya, makanya cari pns apapun, pokoknya biar bisa sekolah lagi –> biar ntar bisa jadi dosen.

    mungkin perbandingan peruahaan swasta memang tidak apple to apple. makanya pusing sendiri. harusnya pilihannya adalah jadi dosen di madura [universitas trunojo] vs jadi pns di BPK, ntar papabonbon pilih mana. itu baru setara.

    kalau kudu milih antara jadi pns di luar jawa demi cari beasiswa vs jadi pegawai swasta di sby [kampung halaman], jelas secara akal sehat bakal milihnya ke swasta.

    Kecuali sudah mantap, masuk pns, langsung cari beasiswa, dan boss BPK di luar jawa nanti rela ngelepas buat sekolah, ntar nyelesaiin ikatan dinas 2N+1, langsung cabut jadi dosen. Nah, itu baru, lain cerita.

  12. soal beasiswa:
    1. harus restu boss. jarang ada yg baru keterima lsg bisa tugas belajar. Sering2 urut kacang.
    2. sering kali buat ambil master di LN ada persyaratan umur maksimal.
    3. persaingan makin ketat krn beasiswa bertambah tidak sebanyak bertambahnya pelamar. Kadang bukan cuma masalah mampu/pinter tetapi nasib dan restu boss berperan besar.
    4. gimana kl papabonbon nyambi jadi dosen swasta di satu universitas (walau bukan dosen tetap). setelah setahun, apply beasiswa dg status dosen ini. kayaknya peluang beasiswa bagi dosen (walau swasta dan tidak tetap) cukup besar sekarang ini.
    dah… sebelum diomelin lagi, gw cabut ke starbucks dulu buat ngedit paper gw ya.. bye bye

  13. itu lah mbak, gamblingnya gede juga buat ambil PNS ini. 😛 hu hu hu, sori yah, dianggap jadi sensei ketiga, lagi sensi emang kalau ngobrolin thesis, hari hari gini. 🙂

  14. ikutan nimbrung ni…sebagai salah satu yg perna sedikit banyak terlibat di BPK..saran saya sih seandainya papabonbon backgroundnnya adalah akuntan, saya rasa BPK merupakan pilihan yang tepat, tp sekalilagi kita ga bisa bandingin dr segi salary klo kita di KAP atau swasta yah..coz pasti bakalan bedaa banget.but dari segi ilmu, BPK yang sekarang cenderung sudah lebih baik drpd yg dulu karena ditunjang dengan mereka dituntut utk lebih transparan dlm segala hal jd banyak perubahan2 yang mereka lakukan, well itupun masih dalam tahap proses jg yah so semuanya pasti masih ada plus minusnya hehe
    trus mengenai prospek sekolah, tidak diragukan lagi dgn banyaknya tawaran scholarship spt AUSAID ,studNED, dsb membuat nilai plus tersendiri ketika memutuskan utk menjadi PNS.:) selain itu BPK sendiri jg ada kerjasama dengan organnisasi asing yang bertujuan membrikan beasiswa S2 dalam negeri utk pegawai BPK itu sendiri.
    but…tetep saja pilihan di tangan anda papabobon..ini cm sekedar ilustrasi dr saya hehe..maaf klo tidak berkenan:)

  15. wah apalagi akuntan beregister..bisa ikutan kesempatan magang di BPK di negara lain spt NZ, Ausie, atau US..biasanya sekitar 1 tahun magang disitu..tp ada minusnya jg papabonbon..krn BPK sekaraang sedang mengembangkan kantor setiap propinsi..so harus bener2 siap mental seandainya ditempatkan di luar pulau jawa..:) aniwei..selamat memilih hehe…:)

  16. waktu lagi sering main ke NEC di menara jamsostek, memang lihat sih, sampai ada short course khusus 3 bulanan dalam beberapa sesi yg di planning oleh NEC buat orang orang BPK. Menarik …

  17. halo papabonbon…. gw juga ktrima di BPK, dan baru beres ngurus berkas2 yg bejibun itu. Mudah-mudahan kita bisa nyaman n sukses di BPK….CU in BPK

  18. Papabonbon diam-diam tetap mengurus berkas-berkas buat ke BPK. Adapun tulisan yang dia bilang menghentikan kontroversi, sejatinya hanya untuk meredam gemuruh atensi para Papabonboners yang bersilang pendapat mengenai jadi tidaknya, idola kita sang Papabonbon menjadi seorang auditor BPK yang berpedang panjang (huh…mirip Kapiten).

  19. Jadi Papa Bonbon di BPK nih hihi…
    whereever lah ..yang penting Happy, happy aja..!!!!
    Btw, diriku bukan fifiiii…namanya saja astrid..kekekeke… :p

  20. Hebat uey, orang lain pada kelimpungan cari kerja, papa malah bingung milih…
    Set dah…

    Saran saya, kalo mempertimbangkan masa depan seh, ambil yang ada jaminan hari tuanya pap…

    Kalo mempertimbangkan manfaat, cari yang sosial effectnya lebih banyak…

    Soal duit, yaaah, relatif lah…

  21. Mas Arcon, jadi ke BPK? Penempatan di mana? Mesti bukan Jawa ya?

    Adeknya temen, fresh grad yg lagi S2 di UGM juga keterima. Penempatan gak boleh di hometown (Samarinda) dan yg daftar dari Jawa ndak akan dapet Jawa. Jadi dia ditawarin Medan dan Jayapura 😀

    Hb-ku juga phk euy.

  22. alo papabobon, gw juga keterima di BPK (AK jg). gw pikir BPK adalah tempat yang baik untuk bekerja dan mengembangkan diri. Selain itu masuk BPK adalah bukan hal yang gampang dan mudah. Butuh perjuangan yang keras untuk bisa lulus. Untuk penghasilan, gw pikir BPK sudah memberikan lebih baik dibandingkan dengan PNS lain (read Anwar nasution makalah). Semua itu kembali lagi ke lo bisa hidup hemat kagak. Ok papabobon, ampe ketemu tanggal 2 july . byee

  23. CMIIW, perlu dipertimbangkan pengalaman, umur, dan strata pendidikan, karena gaji PNS berdasarkan gol, sedangkan gol berdasarkan lama karir *sebagai PNS* dan strata pendidikan.

    Ilustrasinya:
    X, pengalaman 8 thn auditor swasta, S1, umur 31 thn: Diterima dg gol III A.
    Y, fresh grad, S2, 23 thn: masuk dg gol III B.

    Rugi dong si X, krn pengalamannya di swasta tidak dihargai.
    Untung si Y, fresh grad lsg III B.

    Teman2 gw juga pulang S2 biasanya .5-1 thn kmdn naik pangkat dan minimal jd kasi.

    Kecuali kalo mau nyontoh jalur pak Anwar hehehe..
    (eh doi masih hobi ngabsen bonbin ngga ya?) :))

  24. kalau pak Anwar bisa berhenti dari sarapan pagi, ngabsen bonbin, tuh, salut dah ! hahahahha 🙂 terkenal banget tuh, kebiasaan. dulu belajarnya dari mana yah … :p

  25. Iya Pak, menurut pengalaman saya, teman2 saya banyak yg ketrima beasiswa ADS atau APS malah kebanyakan dari sektor private, jd g nutup kemungkinan kan??? Klo’ papabonbon berminat ikut ADS dan dari sektor privat, saya ada panduan yang dibikin seorang temen saya yg kebetulan keterima beasiswa APS (standarnya sama dg APS), mungkin saya bisa bagi buat bapak. Itu lengkap kok pak, dr tahap awal pendaftaran, cara2 mencari referensi, kumpulan formulir aplikasi beasiswa yg diterima, sampe’ trik2 menjawab pertanyaan wawancara, tes IELTS, dll. Sbg informasi, apalagi skr papabonbon bekerja di wilayah Jawa Timur, yg dalam ADS itu masuk wilayah Indonesia Timur, kesempatannya justru terbuka lebar, karena klo’ g salah kuota untuk Indonesia Timur itu jauh lebih banyak.

  26. Memang betul dari swasta juga bisa masuk, cuma masalahnya adalah, tidak seperti PNS, tak ada jaminan anda meneruskan karier di perusahaan anda bekerja karena tak ada ikatan. Jika anda diterima beasiswa dan berangkat, anda keluar dari pekerjaan itu. Masalahnya, kalau anda sudah berposisi enak dan bergaji lumayan, siap-siap makan tabungan selama anda sekolah. Beda dengan PNS yang statusnya pekerjaannya menjadi tugas belajar selama sekolah. So, perlu banyak pertimbangan kalau dari private apalagi yang sudah berkeluarga.

  27. Papabonbon, salam kenal.
    Saya punya gambaran, mungkin bisa jadi pertimbangan Papa.
    Di institusi saya, LIPI, ada 2 kisah peneliti yang kebetulan sempat jadi wacana. Yang pertama Mas Romi Satrio Wahono, anda mungkin tahu dengan IKCnya. Beliau mendapat tugas belajar hingga S3 di Jepang, lalu pulang ke Indonesia dan wajib ikatan dinas 2n+1. Namun mungkin kondisi yang beliau terima tidak seperti impiannya, sehingga ada ketidakpuasan disitu. Tapi hebatnya, secara dewasa beliau tetap jalani ikatan dinas tersebut, sedangkan untuk kepuasan pribadinya beliau aktif di banyak kegiatan di luar yang tentunya tidak mengganggu tugasnya sebagai PNS.
    Contoh kedua, Yos Adiguna Ginting, sekarang menjadi Direktur Sampoerna (PMI). Beliau juga mendapat tugas belajar sampai S3 di Aussi, namun pada saat kembali beliau melepaskan kewajiban ikatan dinasnya di LIPI dan memilih beraktualisasi di swasta. Mungkin beliau membayar penalti jika yang bersangkutan keluar dari LIPI sebelum 2n+1.
    Dari kedua contoh tersebut, anda bisa menilai mana sikap yang lebih baik.
    Jadi, menjadi PNS sebenarnya banyak peluang yang bisa didapatkan, masalah aktualisasi, itu balik ke kreativitas kita sendiri. Dan saya yakin, orang2 seperti Mas Romi, integritasnya sebagai manusia jujur masih dapat dipertahankan meski berstatus PNS.
    Mudah-mudahan bisa jadi pertimbangan.

  28. Memang Romi bisa beraktualisasi di luar LIPI. Tapi tanpa menganggu aktivitasnya sebagai PNS, siapa bilang? Beliau tidak masuk kantor setiap hari. Bisa dihitung kuraang dari 5 jari, beliau masuk kantornya di PDII-LIPI. Harap tahu sajalah….

  29. oom Romi ngantornya emang banyakan di Bidakara sih .. :p Sebagai sesama marga dgn oom Romi dan pernah dapat catatan di buku saku di jaman sma, “supaya terus berjuang mengejar cita cita”, papabonbon sering malu karena belum lanjut sekolah lagi 🙂

    oom Romi sendiri sengaja gak lanjut S3 biar ikatan dinas 2N+1 nya gak kelamaan lho. itu juga jadi satu pertimbangan.

    pagi ini ketemu rekan rekan PEP LIPI yg lagi bikin research di kawasan indonesia timur. salah satunya teman SMA juga yg baru kelar dari Australia – ADS man lah .. 🙂 lumayan ngobrol ngobrol buat refresh niat buat segera sekolah !

  30. Oo gtu ya mas Sugeng A, baru tahu saya. Jadi malu nih menghiperbolakan Oom Romi. Wah, kayaknya sekantor ya sama Oom Romi.he..he..

    BTW, coba aja Papabonbon, kemarin banyak juga kok dari swasta yang nglamar ADS. Emang nanti kesulitannya pas wawancara, soalnya bakalan ditanya apa yang akan dikerjakan sepulang dari sekolah. Kalo gak ada jaminan mau kerja dimana ya pinter2 Papabonbon aja berargumen. Pokoknya, kuncinya di wawancara.

    Nah, masalahnya, Papabonbon siap gak nanti sepulang sekolahnya jobless, nglamar2 lagi, mulai lagi dari nol. Tapi ya optimis saja, belum Master aj Papabonbon gampang nyari kerja, apalagi kalau udah punya Master.

  31. Tidak, Romi belum S-3. Beliau aktif di tanah air after completing his master degree at Saitama University Jepang. Beliau ini punya nama yang agak mirip2 dengan Papabonbon. Tipikal gemuknya dengan Papabonbon juga hampir sama. Hanya saja Papabonbon lebih buntet.

  32. bang Romi sih masih tercatat sebagai mahasiswa S3 di saitama university sekarang ini. udah jalan 7 tahun ndak diopeni tuh sekolah huahahahha. Dugaan sementara sih, ngelarin dulu 2N + 1 nya, baru program sekolahnya dikelarin. b. romi cukup ambisius dalam menjalankan bisnis dan aktivitasnya. salut lah buat doi dankerja kerasnya.

  33. ooo gitu… setau saya sih ikatan dinas itu diitung dari lamanya meninggalkan kantor. Jadi mau sekarang atau nanti juga sama aja.. malah kalau pake +1, malah lebih lama lagi jadinya karena diitung 2x plusnya. kecuali kalo dikerjain di indonesia, balik2 sana tinggal sidang doang… tapi biasanya program phd reguler mensyaratkan tinggal di jepang minimal 3 thn sejak enrollment di prog phd tsb.

    btw, papabonbon kok ngga nongol di milis ppij lagi?

  34. Sebenarnya tak jadi masalah dengan ikatan dinas kalau juga ingin berkarir di luar atau punya usaha lain di luar. Tinggal mengatur strategi waktu saja. Toh…di lingkungan PNS, khususnya PNS yang punya expertise, ada sedikit ruang kebebasan jika dibandingkan dengan PNS yang mengurusi pekerjaan yang sifatnya routine. So, dalam kasus Romi, sebenarnya alasan untuk tidak S-3 dulu dengan maksud agar masa ikatan dinasnya pendek, tak cukup punya alasan yang kuat. Yang lebih bagus, Romi mestinya berjuang membangun lembaga dimana tempat dia tercatat dan dengan status PNSnya itu Romi disekolahkan ke LN. Ingat, program-program beasisawa zaman Habibie jadi Menristek yang menjaring bocah-bocah berbakat Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pinjaman (e.g. dari Bank Dunia) yang mesti diganti oleh pemerintah RI. Memang tak ringan merubah kultur dan sistem birokrasi kita yang sudah kadung carut marut ini. Tapi bukan alasan buat seorang sekaliber Romi yang mestinya bisa jadi pioneer perubahan untuk escape dari kenyataan.

  35. Saya jg CPNS BPK… Saya optimis setiap apa yang kita pilih adalah yang terbaik bagi kita dariNya =)

    Bersemangat!!

  36. Oia…salam kenalnya blm yah??
    Dirimu pasti skrg lg diklat…
    Diriku masi magang di Kantor BPK RI Pusat nih sampai nunggu jdwl diklat bln September krn bukan lulusan akuntansi tp hukum UNAIR Sby…

    Sekali lagi…
    Slm kenal sesama arek Suroboyo ya Papabonbon… =)

  37. @ mbak fau : tidak muncul lagi di PPI Jepang karena ditendang tanpa sebab oleh moderator milis. kemungkinan karena terlalu kritis pada gerakan tarbiyah a.k.a PKS. you know lah, dari jajaran atas sampai eselon bawah organisasinya …

    @ mas Sugeng A : aktualnya yg benar benar mengerti alasan yg diambil bang Romi, yah, bang Romi sendiri. Waktu meninggalkan Jepang untuk kembali ke Indonesia, kondisinya negara kita mulai recovery, Ilmukomuputer.com juga sedang dapat angin buritan [lagi naik daun], di saat yang sama beliau sudah punya anak tiga, dan sudah 10 tahunan meninggalkan tanah air [sejak lulus sma langsung kuliah di jepun, bahkan menikahnya pun ketika di jepang].

    partai dan komunitas dakwah tempat beliau bernaung selama di jepun juga sedang berkibar di tanah air. Jadi tarikan untuk segera pulang dan beraktualisasi diri, plus memberikan pendidikan Islami dan pengenalan keindonesiaan pada anak anaknya. Maklum kondisinya kan anak mulai masuk usia TK dan SD. dan pendidikan terbaik di jepang tetap di sekolah swastanya yg super duper mahal itu.

    mungkin saja berpikirnya, pendidikan anak yg terbaik bagi keluarga mereka bisa didapatkan di indonesia, asalkan berani kerja keras lima tahun pertama setelah pulang – tidak sekedar menghabiskan tabungan yen nya.

  38. @ EmmaDyta : Walah, mulai training masih oktober, tapi sudah mulai magang toh ya … Makanya temenku si gaper yg anak ilmu Ekonomi murni [masuk BPK juga] sudah nggak muncul lagi di tempat kerjanya … :p

    Aku ndak jadi ambil BPK nya. yah, pilihan pribadinya sih begitu. Tetap semangat yah ….

  39. Bon, Remunerasi DepKeu bakalan dirombak tuh. Gaji minimal IA (lulusan SD) aja 2,3 juta bro. Apalagi elu yang Sarjana, bisa 7 jutaan Coy. Apa kagak ngiler ente? Yang pasti, tuh duit ada peraturannya, black on white, gak di grey area, jadi ya halal-halal aja as long as kerjanya profesional.
    Kerja bisa jujur, profesional, long life, duitnya gedhe, bisa sekolah lagi. Kalo ada yang coba nyogok, tendang aja, toh gaji lumayan. Kurang apa lagi?

  40. Bung Nyahok ini belum nyaho juga rupanya. Kagak ada jaminan di Depkeu yang dengan kebijakan reformasi birokrasinya kata Sri Mulyani dengan meningkatkan remunerasi pegawai Depkeu, korupsi di Depkeu bakalan pupus. Seperti kita ketahui bersama, korupsi di Depkeu bukanlah korupsi kacangan karena model-model aliran dana DKP ala Rochmin adalah hal yang biasa di Depkeu (Revrisond Baswir,2007 Bisnis Indonesia) alias sarangnya para raja-raja penyamun dengan jumlah rekening liar paling banyak di seantero Republik ini.

    Lagian, kalau alasannya reformasi birokrasi, kenapa Depkeu seenak perutnya bikin peraturan gaji buat PNS-nya. Apa bedanya Depkeu dengan PNS lain di Republik ini? Kalau mereka bilang karena Depkeu banyak perannya dan tanggung jawabnya, semua PNS juga punya peran dan tanggung jawab.

    Republik ini memang seperti Republik Hantu, tak ada yang bisa diawasi. Contohnya Depkeu ini. Kenapa bukan Guru-Guru atau scientits yang dibayar murah di negeri yang selalu dijadikan objek pasar dan dibanjiri produk-produk GL-nya Kroya ini?

    Jelas2 guru yang bikin pinter orang Depkeu. Nanti malah mau ke Depkeu semua dan nggak ada yang jadi guru. Tinggal tunggu ambruknya saja oleh Cakalele liar akibat tak punya ketahanan dalam IPTEK.

    Halal? Halal kate siape Coy…itu peraturan Menkeu ini kan nggak ada landasan moral, virtue apalagi agama Coy. Apa ente bisa senang-senang sementara banyak bayi-bayi yang masih merah sudah keleleran di jalan akibat sebagian besar pajak di negeri ini (sebelum sebagiannya diumpetin oleh petugas pajak) habis buat ngempani para pegawai Depkeu ini. Nanti di akherat si Nyahok ini baru nyaho!!!!

  41. mas, masuk BPK beda institusi lho dengan Depkeu. Kalau keterimanya di Depkeu, apalagi pajak, mungkin ambilnya Depkeunya itu ..hohoho .. 😀

    Alasannnya dua :
    1. Di Depkeu tanda tanda perbaikan birokrasi dgn adanya KPP Modern sudah terlihat, sementara di BPK malah belum kelihatan. Dgn sistem yg sekarang, kalau ada karyawan Depkeu yg nakal dan kasusnya diuangkap. cukup sampai dewan kehormatan/tim kedisiplinan/ tim IBI maka karyawan itu bisa dipecat. Gak harus jauh jauh ke BAKN.

    2. di depkeu lowongan sekolah lebih banyak.

  42. Buat Papabonbon lam kenal, saya tertarik juga kenalan dengan anda, kayanya anda orang yang cukup bijak kalau saya melihat dari komentar2 anda disini. Cuma pingin komentar buat AKMIL, kayanya dia sudah sering gagal diterima daftar jadi PNS, jadi kalo ngomongin PNS jeleeeeek terus, atau memang dia orang yang gak gaul seperti katak dalam tempurung, gak pernah tau perkembangan reformasi di pemerintahan yang sekarang mulai mengarah ke arah yang lebih baik. Kemungkinan lagi dia cuma tau kalo masuk PNS itu mesti nyogok seperti yang dia lakukan (soalnya kayanya dia kecewa banget sama yang namanya PNS), terutama komentarnya tentang Depkeu, jangan2 dia pernah gagal masuk STAN, atau STTB SMUnya gak sampe 7 jadi gak bisa daftar STAN, kasiaaan……

  43. @ANDRE RUSADY,

    Bung Andre Rusady yang jauh kemana-mana mukanya dari Paramitha Rusady. Mungkin anda yang kagak lulus STAN ya…kalau gw sich memang bukan jalurnya di STAN…jalur militer. Nah…dari kacamata militer, reformasi birokrasi itu masih prematur. Wait, jangan-jangan si RUSADY ini cuma pengangguran 😛

  44. Woi woi, ikutan komen nih. Depkeu, BPK, dan MA siap – siap akan berbenah dan pegawainya akan tenang dengan gaji resmi dari pemerintah. Dengan APBNP yang telah disetujui, remunerasi buat mereka akhirnya disetujui juga. Kita lihat dan buktikan, dengan adanya KPP Pratama, KPPN Prima, Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea Cukai ( di Depkeu, untuk BPK gua nggak tahu model reformasinya) apakah akan cukup memenuhi harapan masyarakat. Kita lihat……….dan Depkeu siap diawasi

  45. Sebenarnya tinggal hati nurani……
    Buat Akmil maupun yang lain.. nggak seharusnya kalian saling menjelekkan maupun membela diri terhadap keberadaan PNS.
    Di negeri kayak gini kalau kita berhubungan sama pemerintah mesti kita turut andil terhadap semakin baik atau buruknya birokrasi kita.
    Kalau kalian punya modal sendiri lebih baik WIRASWASTA dari jualan tusuk gigi ataupun sampai paku bumi… dengan keyakinan diri dan tawakal kepada Tuhan maka akan lebih bermanfaat……..
    jual sandal apa sayur ga masalah yang penting bebas korupsi kalau itu tujuanmu…
    JADI LEBIH BAIK WIRASWASTA AJA BUNG……

  46. ambil yang swasta aja, klo di negeri, klo udah masuk lingkaran setan, dah susah lo, yang penting halal sekarang mah, percuma duit banyak ga berkah

  47. Dik Bonbon,

    Mau kerja itu pertama2 hrs jelas NIATnya. kalo cuma pgn dpt beasiswa mah mending gak usah diterusin deh jd pns. kesian instititusinya, lagian kalo pede mah gak usah embel2 pns tawaran beasiswa luar neg buat org2 indo jg bejibun tiap tahun, eq. chevening (british), ausaid, monkasho (jpg), DAAD dsb 🙂
    Kalo mo jujur, lagian BPK juga bagiku termsk pns no future,boring,ngandelin power dibanding skill.. kalo BI or depkeu ok lah ane msh bisa maklum..
    oya gw jg pns skrg dpt beasiswa di jpg dari WB, gak ada tuh embel2 wajib ikatan dinas. why? krn gw usaha sendiri (bukan dana loan) dan jg lembaga kasih ijin dan dukung, yg begini malah bikin gw ga enak ati .
    wah jd melebar kemana2, Intinya mah kalo niat jadi org baek dan berguna, bekerja di swasta n pns mah sama beratnya. kembali lg YG UTAMA adalah NIAT kita dan TUHAN itu maha tahu shg kita bakal lancar menjalan pekerjaan atau sebaliknya.
    btw itu si AKMIL knp SEWOT bgt yak.. sudahlah kita dukung aja dulu rencana rombak birokrasi ini (udah kelamaan stagnan sejak reformasi). udah benar kok yg ditiru Singapore pake jalan selected reform dimulai dari yg plg korup dulu. aturan disiplin dan anti korupsi ditegakkan sekaligus remunerasi.. kalo emang di perjalanan gak ada perubahan di depkeu/MA/BPK bolehlah pns lain semua rame2 pada protes/demo bareng2 rakyat. ok?
    Peace

  48. boleh ikutan nimbrung gak…
    aq salah satu cpns BPK ni, sekarang lagi diklat di makassar
    ya klo bicara take home pay (gaji+tunjangan) di BPK termasuk cukup lah,
    apalagi remunerasi di BPK sudah disetujui per september 2007, cuma birokrasi di pemerintahan emang rumit, sampai sekarang kami masih belum menerima kenaikan tunjangan tersebut (maklum cpns gajinya dirapel.., hehe).
    jujur aja klo mau duit banyak jgn jadi PNS, mending kerja di swasta yang gajinya besar.
    tapi untuk ukuran PNS gol III/A,take home pay di BPK sudah termasuk besar kok diantara dept lainnya (kecuali Depkeu dan pajak loh….)
    maklum godaan sewaktu meng-audit sangat berat, ya mudah2an dengan naiknya tunjangan, kerja jadi auditor bisa lebih independen, berintegritas dan
    profesional…
    masalah penempatan yg ke timur gak juga kok…, teman2 ku banyak yg kembali ke daerah asalnya (plbmng, lampung, medan, n jakarta juga banyak).
    aq sendiri sih bersyukur bisa masuk BPK, mengingat test yang begitu sulitnya dan peminat yg banyak….,
    ya…, tapi papa sudah menentukan pilihannya. semoga itu menjadi yang terbaik n sukses selalu
    thx ya udah boleh ngeluarin uneg2nya disini…., ciao

  49. wah pa enak banget tuh bisa milih kerjaan, gue aja lg bingung nyari nich. klo aq sih lebih pilih yang swastanya ya, soale gajinya lumayan. Klo kita pintar-pintar menabung kita bisa bikin apaan aja tuh dari tabungan itu. Dijamin hidup makmur n punya usaha sendiri. tp klo pilih PNS jg gak papa sich, cuma menang d pensiunan doang.
    gua rasa d swasta jg ada tuh beasiswanya asalkita pinter n rajin kerja ja. suksesya pa.

  50. pns bpk lagi asik sih, secara tunjangannya disamain dengan depkeu. alhasil penghasilannya kalau di bpk malah bisa jadi lebih dibandingkan di swasta. kan masih ada SPPD … 🙂 …

  51. La Tahzan Papabonbon, jangan bersedih. SPPD itu belum tentu uang halal. Dan jangan senang pulak dengan tunjangan gedhe sementara negara masih susah. Ada baiknya mulai sekarang, selain Papab kerja di swasta, Papab mulai merintis bisnis sendiri seperti yang telah dimulai oleh senior Papab di Akuntansi UB dulu yang kerja di salah satu perusahaan asing pertambangan batubara.

  52. seperti kata pepatah jawa mas yaitu wang sinawang yg artinya Si B melihat si A enak begitu juga Si A melihat Si B enak,jd dlm kehidupan seperti itu mas.Kerja di PNS/swasta pun sama aja tergantung individunya mo korupsi/tdk,cuma klo saya pribadi kerja di swasta lebih unggul dikit yaitu kerja secara profesional serta qta trus dituntut utk maju oleh atasan tp klo di birokrasi pemerintah tergantung dari individunya apakah pengen maju/tdk,maaf klo ada kata saya yg salah mas.

    YM:Ruudv_depkeu

  53. mmm, slm kenal, saya mau tanya, kemarin tes di Bpk, ap aj tesnya? sy mw tes bpk, yaitu tes EPT, TPBI, dan TPA, hari selasa ni di glora bung karno,,,thanks to infonya ya…

  54. TPA nya pakai standar TPA nya bappenas.
    kalau EPT dan pengetahuan umumnya biasa ajah, gak seseram yg punya BI. tahun kemarin sih pakai standar UI, secara vendor rekrutmennya pakai LMUI.

  55. Haa… kmu kan yg suka nGopDang (ngobrol bareng Kopdang) juga tu to… Pejuang BI yg kandaz jg rupanya… huahua 😀 GPP samma kok. Samma jg dilemanya jadi masuk BPK ga ya…???

    Ane wcr akhir bsk Sabtu… yah, dimantep2in aja gabung BPK. Kesempatan memperluas wawasan banyak, bnyk peluang skul lg S2/S3, ngajar jd dosen jg buisaa…. Gaji… emg relatif kecil siy, plagee klo dibandinginnya sama BI… Tapi tenang ajah, Bapaknya BPK dah minta ke DepKeu spy gaji kita2 di BPK dinaikin setara BI n DepKeu geto… baca aja di web or koran2… Alasannya, coz kinerja BPK akhir2 ini trs membaik n BPK rawan penyuapan gto…

    Klo msh ragu jg, shalat istikharah aja lah… (klo lo muslim siy…)

  56. Nggak sengaja mbaca thread ini

    Untuk om papabonbon, minjem tempatnya yah

    Untuk mas Sugeng, kalau dilihat dari absensi memang saya terpuruk di PDII LIPI. Di Instansi pemerintah orang yang tidak datang ngantor memang dianggep tidak kerja hehehe. Itu yang selama ini saya kritik, padahal orang ngantor juga hanya njeglok absen, sarapan, kerja 1 jam, makan siang, baca koran dan siap siap untuk pulang.

    Supaya clear diskusi kita, nanti silakan dicek di laporan tahunan PDII LIPI, 2005, 2006 dan 2007, khususnya beberapa hal di bawah:

    1. Siapa penghasill publikasi paper terbesar 3 tahun ini Ingat di PDII LIPI ada 180 pegawai. Kira-kira logis nggak kalau 180 pegawai ini hanya menghasilkan 10-15 publikasi paper, padahal ada satu orang yang anda sebut jarang masuk tadi bisa memproduksi 70-90 publikasi/tahun

    2. Siapa penyumbang terbesar income PDII LIPI dalam program Iptekda

    3. Siapa pegawai PDII LIPI yang selalu menjadi nomor satu dalam seluruh diklat yang diikuti, baik fungsional maupun struktural di level LIPI or nasional. Atau mungkin perlu dicek, sebelum era 2005, apakah ada pegawai PDII LIPI yang mendapat penghargaan pada diklat yang diikuti. Jangan2 tidak ada

    4. Cek juga di era 2005-2006, eselon 4 mana penghasil proposal kegiatan terbanyak

    5. Cek dari angket dan survey peserta, siapa instruktur Cisco local academy PDII LIPI yang mengajar paling professional.

    6. Cek dari data Local Academy (LA) di bawah PDII LIPI, kira-kira siapa yang berhasil membawa masuk banyak LA ke PDII LIPI. Mohon dicatat bahwa 1 LA = management fee 4jt/tahun

    7. Cek juga, apa saja fasilitas yang telah diberikan PDII LIPI orang yang melakukan hal 1-6 Saya tidak mendapatkan komputer, tidak mendapatkan literatur, tidak pernah meminta uang jalan (SPPD). Silakan datang ke lantai 6, cek posisi dan tempat kerja saya. Apakah mas Sugeng akan mau bekerja di tempat pembuangan komputer dan buku-buku rusak yang penuh dengan debu ?

    8. Mohon cek juga apa yang telah PDII lakukan terhadap orang yang melakukan hal 1-6, pada bulan November 2007. Apakah itu balasan yang setimpal? Punishment tidak adil yang bahkan melewati seluruh prosedur peraturan kedinasan (SP 1/2/3, dsb). Bahkan setelah proses itupun, saya masih tetap diminta menyetor publikasi tahunan saya pada desember 2007

    Terakhir, seperti juga pernah saya sampaikan ke teman-teman eselon 3 dan kapus PDII LIPI. Berbeda dengan mereka yang mencari hidup di PDII dan mengejar pangkat, golongan, dan jabatan. Saya tidak mencari hidup di PDII, tapi saya datang untuk hidup dan menghidupi PDII

    Tetap dalam perdjoeangan …

    Romi S. Wahono

  57. aku baru baca nih..alhamdulillah aku diterima di BPK dan akan diklat di Makasar 2 minggu lagi. tapi apakah BPK sekarang seburuk yang kalian bicarakan??

    Sepertinya BPK udah lebih baik deh. mungkin masih ada kali ya yang main “jorok”. tapi ga banyak. Aku lihat selama test masuk, orang2 BPK kelihatannya baik2..mudah2an sih..hehe

    Aku cuma minta doa dari teman2 sekalian, orangtua, supaya Allah senantiasa menetapkan hati ku untuk tetap dijalan-Nya.

    Amin..!!

  58. cuma mau share tentang hal berikut:
    1. Pajak itu haram (silahkan buktikan), negara2 di timur tengah contohnya Arab Saudi tidak memberlakukan pajak karena memang haram, padahal ini adalah sumber pendapatan negara Indonesia buat menggaji PNS.
    2. Bunga atau riba itu haram (padahal ini yang diperjuangkan BI selama ini)
    3. Niat pertama idealis ingin merubah birokrasi yang hancur dengan berkerja ditempat tersebut, tapi justru ikut2an hancur (jd berhati-hatilah).
    4. Janganlah terbawa pengaruh bahwa kerja PNS itu adalah puncak ketenangan dalam dunia pekerjaan, karena ini adalah stigma para orangtua dan pendahulu kita.

    Hati-hati dengan pilihan, nikmat dunia itu cuma setetes air yang mengalir dari ujung jarum yang dicelupkan ke laut, sedangkan laut itu sendiri adalah kenikmatan sesudah dunia (akhirat), yang sampai sekarang tidak ada satupun teknologi untuk mengukur jumlah air dilaut.

  59. wah selamat deh yang di terima di BPK
    saia tahun ini juga mendaftar di BPK tapi gagal pada saat psikotes 😦
    sepertinya kurang beruntung…..
    dan anehnya kebetulan no.pesertanya di sebelah saia.tp dia lulus waktu wawancara
    padahal sepertiya biasa2 aja.mungkin krn dia dari lulusan UI,,sedangkan sai lulusan YAI….apakah itu berpengaruh? hm,,,
    kira2 ikut BPK lg gk ya tahun depan?

  60. selamet buat yang diterima di BPK, untuk tahun anggaran CPNS BPK RI 2008/2009 saya ikut daftar dan lagi nunggu hasil Administrasi, harapan saya dapat lulus dan diterima di BPK.

  61. Ping-balik: Romi S Wahono : Perjuangan PNS « Blog Papabonbon

  62. aow,.papabonbon mw tnya niw dlw bs lolos bpk gmn usahana pap?slain dgn brdoa,.gmn biar bs lolos per tahapana pap?minta saran2na dunk pap,.tenkyu ywh papabonbon,.

  63. hmm…maaf aku ga bisa kasih komen papb, cuma inget aj ma calon suamiku yang dah lolos bpk, tapi sekarang dah sukses malah ninggalin aku…
    kerja dimanapun yg penting enjoy n halal 😉

  64. Papb..2 tahun lalu anda ngalami dilema..n skrng sudah memtuskan utk d swasta..apkah anda mnyesal atw mrasa bruntung??
    saya skrng udah kerja di salah satu bank bumn sbgai pgawai tetap..skrg saya sdng mnunggu hasil test akhir BPK..klo saya keluar,,saya kudu nyiapin uang 50jt buat byar denda..
    saya mhon msukan sbgai pertimbangan keputusan saya..
    trims..

    • @fahmi

      sbg pertimbangan aja kalo di BPK udh ada remunerasi, jika ketrima sbg auditor akan langsung masuk ke grade 11 yg tunjangannya Rp 3.4 juta, selain itu seorang auditor akan sering melakukan dinas luar berdasarkan SPPD yg besarnya sekitar 300 rb/hr (biasanya sebulan kurang lebih 10 hr). Tunjangan fungsional sbg auditor sekitar 400 rb, itu diluar gaji yg sekitar 1.7 jt, hitung sendiri thp-nya. Pertimbangan lain kemungkinan besar penempatan di luar jawa.

      lebih lengkap besaran remunerasi di BPK silakan ke: remunerasipns.wordpress.com

      smoga membantu, tq

    • kadang menyesal kadang merasa beruntung. 😀 beruntung karena akhirnya merasakan 5 tahun di jawa, mau mudik ke ortu atau mertua dekat. bisa selesai S2 biaya sendiri juga. terus sekarang ama perusahaan di pindah ke bandung. masih di jawa juga. menyesal karena, sekolah s2 bayar dhewe bikin malah ngerjain tesis, jadi duit gaji kemakan buat bayar spp yg molor 2 tahun. wekssss

  65. Mungkin memang bekerja di sektor audit bisa membuat kita jadi “rusak”, tapi kalau punya komitmen yang kuat justru “cahaya” kita akan menular ke sistem, sedikit atau banyak… insya Allah.

    Betul juga papabonbon bilang, penghasilan besar di swasta tidak selalu menjadi yang segalanya, yang penting tetap cari yang aman untuk masa depan keluarga terutama anak-anak. Kalau saya terus terang faktor jarak yang terlampau jauh dari kampung halaman. Gak tau sampe kapan disini terus, kasian keluarga yang perlu juga hidup di suasana yang maju dan menyediakan berbagai fasilitas kota yang menunjang pendidikan hidup. Juga, jalur karir di BUMN tempat saya bekerja sekarang tidak memiliki jalan jelas bagi background non-teknis.

    @fahmi: saya sudah merasakan penempatan di luar Jawa yang terberat medan sosial dan biaya hidupnya 🙂

  66. sy mahasiswa stan om , msuk stan terinspirasi dr mas sya yg kerja di BPK . skrng dia udh jadi orang top ,tiap tahun keliling indonesia 😀

  67. tulisan menarik, ga sengaja search pake duckgo berita soal bpk vs gub dki.

    kesimpulannya ada pada komentar #2 dari mba fau.. hehe..

    salut juga buat perjuangan om romi, selama ini saia belajar banyak dari ILK tanpa pernah tau kalo om Romi pernah di PNS.

Tinggalkan komentar